Feng He, Queen Mary University of London
Tubuh manusia hanya membutuhkan sedikit sodium agar dapat bekerja dengan baik. Kebutuhan ini umumnya dapat dipenuhi dengan mengonsumsi garam (sodium klorida).
Namun, pada zaman sekarang, banyak orang yang mengonsumsi garam berlebih. Hal ini menyebabkan meningkatnya orang yang terserang penyakit kardiovaskular di seluruh dunia.
Para ahli kesehatan telah berusaha mengatasi masalah ini selama beberapa dekade, tapi mereka terkendala beberapa hambatan, termasuk penelitian yang membingungkan terkait tingkat asupan garam yang aman. Ini menimbulkan keraguan yang tidak perlu tentang pentingnya mengurangi asupan garam.
Tapi penelitian terbaru kami telah menemukan kekurangan dalam penelitian sebelumnya, kami membuktikan bahwa asupan garam harus dikurangi jauh lebih banyak dari rekomendasi saat ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan setiap orang untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari. Nyatanya, secara global rata-rata orang mengonsumsi 10 gram per hari. Konsumsi garam berlebih akan menaikkan tekanan darah, yang dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.
Banyak studi yang menunjukkan sebuah hubungan linear antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler: ketika asupan garam meningkat, meningkat pula risiko terserang penyakit kardiovaskuler, dan kematian dini.
Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa hubungan asupan garam dan penyakit kardiovaskuler tidak linear. Mereka berpendapat bahwa mengonsumsi garam kurang dari 7,5 gram dan lebih dari 12,5 gram per hari dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan kematian dini.
Namun kami menemukan kesalahan pada metode yang digunakan untuk penelitian seperti ini.
Lebih murah tapi kurang akurat
Kita mengeluarkan sebagian besar garam yang kita konsumsi melalui urine (90%). Dan ada variasi besar dalam jumlah garam yang kita konsumsi setiap hari. Cara terbaik untuk mengukur asupan garam adalah mengumpulkan urine secara berkala selama tiga kali dalam 24 jam, metode ini kami sebut gold standard method.
Meskipun ini adalah cara paling akurat, ini juga merupakan cara yang paling mahal dan paling sulit dilakukan, baik bagi partisipan maupun peneliti.
Beberapa penelitian mengukur asupan garam dengan metode spot urine measurement, mengukur urine dalam sekali ambil sampel. Cara ini lebih murah dan lebih mudah dilakukan, baik bagi peneliti maupun partisipan. Partisipan hanya perlu memberikan satu sampel urin kecil, dan dari sana asupan garam harian kemudian dihitung.
Penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler tidak linier, menggunakan data dari metode spot urine measurement.
Cara pengukuran ini, bagaimana pun, tidak akurat, karena ini hanya mewakili asupan garam dari periode waktu yang sangat singkat dan sangat dipengaruhi oleh jumlah cairan yang diminum dan waktu pengambilan sampel. Perkiraan dari metode ini mencerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan.
Kami menemukan bahwa menghitung asupan garam dari sampel metode spot urine measurements dapat mengubah hubungan linear antara asupan garam dan mortalitas.
Kami menganalisis data dari Uji Coba Pencegahan Hipertensi, yang menggunakan gold standard method, untuk menilai asupan garam (beberapa pengukuran urine dalam 24 jam) pada hampir 3.000 orang dewasa dengan tekanan darah normal selama 18 bulan hingga empat tahun.
Ketika kami menganalisis data tersebut, kami menemukan sebuah hubungan linear langsung antara asupan garam dan risiko kematian, hingga tingkat asupan garam 3 gram per hari.
Untuk meniru metode spot urine measurement, kami kemudian menerapkan formula yang dikembangkan untuk sampel ini pada konsentrasi sodium dari sampel urine 24 jam.
Hasilnya menunjukkan hubungan non-linear yang sama seperti yang dilaporkan dalam studi kontroversial tersebut. Ini menyiratkan bahwa temuan mereka dapat dijelaskan dengan metode yang mereka gunakan untuk memperkirakan asupan garam, karena pengukuran dengan spot urine measurements merupakan cerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan dan juga tampak bahwa formula itu sendiri bermasalah.
Jadi pesannya tetap jelas: mengurangi garam dapat menyelamatkan nyawa, dan temuan dari penelitian yang tidak dapat diandalkan tidak boleh digunakan untuk menggagalkan kebijakan kesehatan masyarakat atau mengalihkan tindakan.
Pengurangan asupan garam secara bertahap, seperti yang direkomendasikan oleh WHO, tetap merupakan pencapaian yang bisa dilaksanakan, terjangkau, efektif, dan strategi penting untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan kematian dini di seluruh dunia.
Bahkan pengurangan kecil dalam asupan garam akan memiliki manfaat besar pada kesehatan manusia.
Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Feng He, Professor of Global Health Research, Queen Mary University of London
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
____________________________________________
Ilustrasi: Food photo created by Racool_studio - www.freepik.com