Batuk berkepanjangan adalah salah satu tanda, ada gangguan di saluran nafas. Untuk menilai fungsi paru dari luar, biasa dilakukan pemeriksaan foto toraks (rontgent). Ada kalanya, dokter perlu “mengintip” jalan udara paru, yang disebut bronkus. Dari hidung, udara akan terus masuk melewati faring, laring, lalu ke trakea (pipa udara/windpipe). Trakea akan bercabang dua, ke kanan dan kiri; inilah bronkus, yang mengantarkan udara ke paru. Bronkus akan terus bercabang hingga bagian terkecil, yang di ujungnya ada alveoli (kantung udara), tempat terjadinya pertukaran gas.
Bagian dalam bronkus, tenggorokan, laring dan trakea bisa dilihat dengan pemeriksaan bronkoskopi. “Misalnya, apakah lapisan dalamnya licin atau tidak; apakah ada lecet, ada perarahan, atau ada tumor,“ ujar dr. Prajna Paramita, Sp.P dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Jika ditemukan adanya tumor, contoh jaringan sekaligus diambil (biopsi).
Selain untuk diagnostik, bronkoskopi juga digunakan untuk terapi. Antara lain untuk menyedot dahak di paru, misalnya pada pasien stroke yang berbaring lama dan tidak bisa batuk. Atau untuk mengambil benda asing di saluran nafas; misalnya jarum, uang, dll yang tertelan dan masuk ke saluran nafas.
Prosedur dilakukan di ruang khusus bronkoskopi. Alatnya yakni bronkoskop, terbuat dari serat optik yang lentur, dilengkapi kamera dan lampu. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi pasien berbaring atau setengah berbaring, bisa dengan anestesi umum (total) atau lokal. Anestesi lokal diberikan dengan cara disemprotkan di daerah mulut. Setelah itu, “Alat dimasukkan melalui mulut atau hidung.”
Jika dilakukan dengan anestesi lokal, maka pasien sadar dan bisa melihat sendiri kondisi bronkusnya. Tidak perlu takut; bronkoskopi memang sedikit menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi tidak menyakitkan.
Umumnya, pemeriksaan hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit. “Kalau untuk mengambil benda asing mungkin agak lama, bisa 1-2 jam karena agak sulit,” ujar dr. Prajna. Hasil pemeriksaan berupa file foto, diberikan ke pasien dalam bentuk CD.
Sebelum pemeriksaan, pasien perlu puasa selama 5 jam. “Agar lambung kosong sehingga tidak muntah selama pemeriksaan,” terang dr. Prajna. Pada faring, terdapat pertemuan antara lubang kerongkongan (saluran pencernaan) dengan tenggorokan (saluran nafas). Tersenggolnya faring selama pemeriksaan, bisa memicu pasien muntah, dan dikhawatirkan cairan muntah masuk ke bronkus.
Tidak ada kontraindikasi yang absolute (benar-benar tidak bisa dilakukan), karena bronkoskopi relatif aman. Yang penting pasien tidak alergi terhadap obat anestesi, dan fungsi jantungnya baik (diperiksa dengan EKG). Darah juga diambil sedikit dari pergelangan tangan untuk analisa gas darah, untuk mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).
Anak, dewasa dan orang tua bisa menjalani bronkoskopi. Pada pasien anak, ukuran bronkoskop yang digunakan lebih kecil. (nid)