Jamur Bersarang di Paru akibat Infeksi TB

Jamur Bersarang di Paru akibat Infeksi TB

Jamur bisa jadi masalah besar bagi pasien TB (tuberkulosis) maupun bekas TB. Ini tak bisa disepelekan, mengingat TB masih jadi masalah besar di Indonesia. Negara kita tercatat sebagai negara dengan kasus TB nomor 3 terbanyak di dunia, setelah India dan Tiongkok. 

Kerusakan arsitektur paru akibat infeksi TB, membuat jamur mudah bersarang di paru. “Terutama bila terjadi kavitas atau bolong pada paru. Jamur yang menginfeksi biasanya jenis Aspergillus,” ujar dr. Arifin Nawas, Sp.P(K) dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta.

Ketika tanpa sengaja menghirup konidia Aspergillus, jamur ini pun masuk ke rongga-rongga yang terbentuk pada paru akibat infeksi TB. Ruang kosong ini merupakan area yang nyaman bagi jamur untuk tumbuh.

Perlahan, Aspergillus akan membentuk kolonisasi dan tumbuh makin besar, hingga memenuhi kavitas. “Bila dilihat melalui CT scan, ada gambaran halo sign. Inilah yang disebut bola jamur atau fungus ball,” ucap Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, Sp.P Ketua Departemen Parasitologi FKUI, Jakarta. Mikosis paru merupakan salah satu komplikasi yang bisa muncul akibat TB paru.

Baca juga: Infeksi Jamur di Paru, Ini Bahayanya

Menurut dr. Arifin, kasus fungus ball dulu sering sekali dijumpainya di tempat praktik. Dalam satu bulan, bisa dua hingga tiga kasus fungus ball yang harus dioperasi. “Mungkin dulu pengobatan TB banyak yang tidak sempurna. Tapi belakangan ini relatif jarang. Saya rasa, dokter sekarang sudah mengobati TB dengan jauh lebih baik sehingga TB bisa sembuh sempurna, dan tidak terjadi kavitas,” tuturnya.

Kerusakan jaringan paru tidak hanya kavitas. Apapun kerusakan arsitektur paru yang terjadi, membuat pembersihan jalan napas di paru tidak berjalan sempurna. Akhirnya, jamur pun berkesempatan untuk tumbuh. Mikosis paru lebih sulit dikenali pada pasien TB aktif/bekas TB tanpa kavitas.

Diagnosis mikosis paru adalah ranah dokter, tapi sebagai pasien, kita bisa lebih teliti mengenali gejala yang kita rasakan. Ini bisa membantu dokter mengenali mikosis, yang sayangnya, gejalanya secara klinis tidak khas. Gejala yang mungkin bisa dikenali misalnya batuk yang tak kunjung sembuh meski sudah mendapat pengobatan TB, dan/atau batuk darah berulang.

Baca juga: Infeksi Jamur di Area Kelamin pada Penyandang Diabetes

Untuk menegakkan diagnosis, dokter perlu melakukan berbagai pemeriksaan. Antara lain dengan foto toraks (rontgent dada), dan CT scan bila diperlukan/memungkinkan. Namjun gambaran pada foto toraks pun tidak selalu khas, kecuali aspergilosis pada TB/bekas TB dengan kavitas, yang tampak seperti bola dalam rongga paru.

Untuk itu diperlukan pula pemeriksaan lab mikologi, dengan sampel dari paru, misalnya sputum yang dibatukkan dari saluran napas bawah. Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan biomarker bila kita dinilai berisiko mengalami mikosis paru. Sampel biomarker diambil dari darah, tapi bisa juga disertakan lendir paru. kombinasi keduanya akan meningkatkan keakuratan hasil diagnosis. “Pemeriksaan marker darah biasanya tidak cukup dilakukan satu kali, melainkan dua kali, untuk memastikan hasilnya,” terang Dr. dr. Anna.

Mikosis paru yang mengiringi TB aktif tentu akan mempersulit pengobatan TB. Namun jangan patah semangat, masih ada jalan untuk pengobatan. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: People photo created by freepik - www.freepik.com