gejala dan penyebab sindrom cushing

Hormon Kortisol Berlebihan Sebabkan Sindrom Cushing, Gejala dan Terapinya

Obat untuk suatu penyakit ternyata dapat memunculkan penyakit baru, dan menyebabkan komplikasi berbahaya. Obat glukokortikoid biasa diresepkan dokter untuk penyakit asma, rheumatoid arthritis atau lupus. Bila digunakan dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi, glukokortikoid dapat menyebabkan sindrom cushing; tubuh memroduksi hormon kortisol secara berlebihan. 

Sindrom cushing ini dapat menyebabkan komplikasi seperti: serangan jantung dan stroke, penggumpalan darah di kaki dan paru-paru, pengeroposan tulang, depresi dan lain-lain. 

Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh memroduksi hormon kortisol secara berlebihan dalam waktu lama (hiperkortisolemia). Sindrom ini lebih sering terjadi pada perempuan. Kortisol disebut juga  hormon stres, karena hormon ini berperan pada respons stres. 

Hormon ini juga berfungsi untuk menjaga tekanan darah, mengatur glukosa (gula darah), mengurangi peradangan dan mengubah makanan menjadi energi.

Hormon kortisol diproduksi di kelenjar adrenal, yang terletak di atas organ ginjal. Sebagian besar sel tubuh manusia memiliki reseptor kortisol, dan menggunakan hormon kortisol untuk melakukan beberapa fungsi, di antaranya mengatur kadar gula darah, mengurangi peradangan, mengatur metabolisme dan memori. Hormon kortisol menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan. 

Gejala Sindrom Cushing

Penderita sindrom Cushing, dikutip dari healthline.com, dapat mengalami gejala: 

  1. Wajah terlihat bulat (moon face).
  2. Wajah kemerahan.
  3. Berat badan naik.
  4. Mengalami buffalo neck, ada deposit lemak di tengkuk.
  5. Kulit menipis dan mudah memar.
  6. Jerawatan.
  7. Mudah lelah.
  8. Otot lemah.
  9. Hipertensi.
  10. Kadar gula darah naik.
  11. Depresi, cemas.
  12. Osteoporosis.
  13. Batu ginjal.
  14. Gangguan tidur.
  15. Tumbuhnya rambut pada tubuh dan wajah.
  16. Pada perempuan, menstruasi tidak teratur.
  17. Libido menurun dan gangguan ereksi pada pria.

Penyebab sindrom Cushing

Penggunaan obat glukokortikoid dosis tinggi dan dalam jangka panjang, bukan satu-satunya penyebab sindrom Cushing. Meski pun jarang, peningkatan kortisol bisa disebabkan faktor internal, yang menyebabkan tubuh memroduksi terlalu banyak kortisol. Produksi kortisol berlebnihan, bisa disebabkan karena:

  1. Stres berat. Bisa karena mengidap penyakit akut, pembedahan, cedera atau kehamilan terutama pada trimester akhir.
  2. Malnutrisi.
  3. Konsumsi alkohol.
  4. Depresi, gangguan panik.

Bisa karena tumor, misalnya: tumor pada kelenjar hipofisis, tumor penghasil ACTH Ektopik yang sering menyerang paru-paru,  pankreas, tiroid atau timus. Tumor ektopik bersifat kanker, tumor Adrenal biasanya jinak, tapi bisa juga bersifat kanker (ganas).

Faktor risiko sindrom Cushing

  1. Sering terjadi pada mereka dengan usia 30-50 tahun.
  2. Perempuan berisiko 3x lebih besar dibanding laki-laki.
  3. Obesitas.
  4. Diabetes tipe 2.
  5. Hipertensi.
  6. Konsumsi obat glukokortikoid.

Pencegahan sindrom Cushing

Mencegah sindrom Cushing yang disebabkan konsumsi obat golongan kortikosteroid, dilakukan dengan menghindari pemakaian obat ini dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama. Sebaiknya konsultasi ke dokter. Kortikosteroid dapat diganti dengan obat lain yang lebih “aman”.

Pengobatan sindrom Cushing

Bila disebabkan penggunaan glukokortikoid berlebihan, dokter secara bertahap akan mengurangi dosis obat tersebut sampai ke dosis yang dianggap “aman”. Kondisi medis yang diobati dengan glukokortikoid, bisa diobati dengan obat non-glukokortikoid. Tindakan medis untuk sindrom Cushing, perlu dicari  penyebabnya yang pasti. 

Bila penyebabnya tumor, dokter dapat melakukan tindakan pembedahanl. Usai pembedahan, untuk sementara pasien diberi obat untuk mensubstitusi hormon kortisol. Pada kasus tumor tertentu dapat dilakukan radioterapi. 

Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk mengontrol kadar kortisol.

Cara alami atasi sindrom Cushing

Diet dapat membantu menjaga kadar kortisol, agar tidak semakin meningkat dan membantu mencegah komplikasi. Gaya hidup yang disarankan:

  1. Turunkan berat badan, konsultasi dengan ahli gizi.
  2. Olahraga atau melakukan aktivitas fisik.
  3. Stop alkohol. 
  4. Kontrol kadar gula darah, dengan mengonsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan ikan.
  5. Kurangi natrium. 
  6. Konsumsi cukup kalsium dan vitamin D. (sur)