Setelah menopause, tubuh wanita menjadi gemuk? Anggapan ini ada benarnya, karena begitu indung telur tidak lagi memroduksi hormon estrogen, metabolisme lemak di tubuh wanita tidak lagi maksimal.
Kadar kolesterol dan trigliserida meningkat. Pola distribusi lemak berubah; yang tadinya banyak di paha (pear shape), berubah menjadi tersental di perut (apple shape). Hal ini terjadi secara alamiah.
Wanita menopause cenderung gemuk karena hormon estrogennya sudah tidak ada lagi. Faktor lain, biasanya makanan. Begitu sudah menopause, hidup senang, makan lebih banyak. Banyak wanita saat usia 50 atau lebih dan sudah menopause, lantas menjadi malas dan menganggap diri sudah tua. Malas bergerak dan lebih banyak duduk-duduk sambil nonton TV.
“Berhubungan intim juga jarang, mungkin hanya 1-2 kali sebulan. Padahal, berhubungan intim itu membuang energi banyak sekali,” Prof. Dr. dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG-KFER, Guru Besar Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Semua itu membuat wanita yang sudah menopause cenderung menjadi gemuk. Bandingkan dengan orang bule yang kemana-mana jalan kaki, bahkan naik gunung. Orang Indonesia umumnya malas bergerak, yang juga meningkatkan risiko osteoporosis.
Pada wanita yang dulunya langsing kecenderungan gemuk pascamenopause ada. Hormon estrogen penting untuk mencegah agar lemak tidak bertumpuk di perut. Sebelum menopause, distribusi lemak ke tempat lain, seperti di paha. Namun, saat menopause terjadi perubahan; lemak bertumpuk di perut. Jadi bentuk tubuh dari pear shape berubah menjadi apple shape.
Menopause dan obesitas
Lemak memang memroduksi estrogen juga. Sehingga wanita menopause yang gemuk, jarang merasakan gejala klimaterik (panas berkeringat, hot flashes); hubungan seksual juga tidak terganggu, karena dia masih memiliki estrogen yang diproduksi oleh lemak.
Tapi di usia menopause, estrogen dari lemak menyebabkan risiko kanker (payudara dan rahim) meningkat. Dan karena lemak banyak terdistribusi di perut, kondisi ini berbahaya karena mengeluarkan zat-zat lain yang dapat mengganggu kesehatan seperti diabetes dan penyakit jantung koroner (PJK).
“Estrogen penting dalam metabolisme lemak. Kalau tidak ada estrogen, kadar kolesterol ‘jahat’ (LDL) dan lemak darah (trigliserida) menjadi tinggi, sehingga wanita mudah terkena penyakit jantung koroner (PJK),” tegas Prof. Ali.
Dibanding wanita saat masih haid, lebih banyak laki-laki yang kena penyakit ini. Namun kondisinya berbalik begitu wanita menopause. Wanita pascamenopause yang kena PJK, 10 kali lebih tinggi daripada yang kena kanker payudara.
Inilah bukti estrogen penting bagi kesehatan wanita. Tapi, masyarakat enggan dengan terapi sulih hormon; takut kena kanker. “Padahal, kemungkinan kena kanker jauh lebih kecil dibandingkan risiko PJK. Terbukti bahwa wanita menopause di Amerika / Eropa (negara maju) yang diberi hormon, angka kejadian PJK turun drastis,” tutup Prof. Ali. (nid)
Baca juga: Gizi Seimbang untuk Lansia