Joanne Macdonald, University of the Sunshine Coast
Angka harian kasus baru coronavirus (SARS-CoV-2) yang tejadi di luar Cina sekarang mencapai 9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara tempat pertama kali virus ini terdeteksi.
Di Australia, laporan minggu ini tentang penularan virus corona yang terjadi antarmanusia dan menyebabkan penyakit yang disebut COVID-19, menjadi titik balik dalam penanganan dan manajemen tanggap darurat Australia. Di Indonesia, temuan positif terinfeksi COVID-19 pada dua warga Indonesia pekan ini meningkatkan kewaspadaan pemerintah dan masyarakat.
Sistem pengawasan penyakit Australia ditempatkan dengan baik untuk mengikuti perkembangan COVID-19 dan memberikan jaminan bahwa tidak mungkin ada kasus yang tak terdeteksi di masyarakat. Namun, masih banyak yang perlu kami lakukan.
Baca juga: Worried about your child getting coronavirus? Here's what you need to know
Mengapa virus corona sulit terdeteksi?
Mendeteksi semua orang yang terkena COVID-19 merupakan masalah global. Ada terlalu banyak penyakit infeksi saluran pernapasan yang ada, seperti pilek dan flu, yang terjadi di berbagai negara dan mengharuskan pengujian setiap orang dengan gejala virus corona.
Masing-masing dari kita setidaknya mengalami dua atau tiga infeksi saluran pernapasan bagian atas dalam setahun. Secara global, angka tersebut dapat mencapai 18,75 miliar infeksi per tahun.
Oleh karena itu, tidak ada alat uji penyakit yang siap memenuhi permintaan global ini.
Lalu siapa saja yang diuji penyakit?
Di Australia, orang-orang saat ini dites terhadap virus corona jika mereka pernah melakukan perjalanan dari atau menuju negara yang dianggap berisiko menularkan virus dalam 14 hari sebelum jatuh sakit atau bahkan jika mereka memiliki hubungan keterkaitan dengan kasus yang telah terdeteksi.
Kriteria pengujian ini telah berubah seiring dengan perkembangan wabah dan akan terus berubah, menyesuaikan keadaan.
Bagaimana kita melacak kemungkinan kasus masa yang akan datang?
Selain secara langsung menguji orang-orang yang diduga memiliki COVID-19, Australia memiliki rencana pengawasan untuk mendeteksi virus corona pada masyarakat yang tidak mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi.
Rencana tanggap darurat Australia untuk mitigasi COVID-19 mengatakan kita akan menggunakan jaringan pengawasan yang dibuat untuk rencana tanggap darurat pandemi influenza dan beberapa di antaranya telah dilakukan.
Jaringan Penelitian Praktik Sentinel Australia atau The Australian Sentinel Practices Research Network (ASPREN) merupakan jaringan dokter umum yang mencatat jumlah pasien yang mereka tangani secara total dan membandingkannya dengan jumlah pasien yang mereka tangani dengan penyakit mirip influenza. Dokter-dokter ini mengumpulkan sampel dari sebagian kecil pasien untuk melihat apakah COVID-19 beredar dan menyebar di masyarakat. Sampel kemudian dikirim menuju organisasi patologi Australia Selatan, SA Pathologi, untuk untuk dilakukan pengujian.
Jaringan pengawasan lain yang dapat diaktifkan adalah FluCAN. Jaringan ini melaporkan jumlah rawat inap karena penyakit, biasanya influenza, serta data klinis dari berbagai kasus. Informasi ini membantu para ahli kesehatan untuk mendapatkan gambaran seberapa parah penyakit ini dan apa saja gejalanya.
Sistem ini sementara dapat memonitor tingkat penyakit pada mereka yang cukup parah sehingga diperlukan perawatan medis, namun sistem ini tidak memberi kita indikasi jumlah penyakit ringan yang mungkin sedang beredar di masyarakat kita.
Di sinilah sistem pengawasan daring (online) yang disebut FluTracking berperan penting. Siapa pun di masyarakat dapat berkontribusi dan menjawab dua pertanyaan sederhana tiap minggunya berisikan apakah mereka memiliki demam dan atau memiliki batuk.
Sistem ini menyediakan informasi seberapa banyak penyakit seperti influenza sedang beredar di masyarakat. Jika kita melihat angka ini lebih dari biasanya, maka kami mungkin menandakan bahwa wabah sedang terjadi di tengah masyarakat.
Sistem FluTracking untuk pengawasan COVID-19 telah diaktifkan bulan lalu.
Apa lagi yang dapat kita lakukan?
Meski begitu, ada pertanyaan mengenai seberapa dini sebuah wabah akan dapat terdeteksi oleh sistem pengawasan.
Akankah sistem mendeteksi penyeberan COVID-19 di masyarakat ketika wabah telah mencapai 10 kasus? Atau akankah ini memerlukan ratusan hingga ribuan kasus untuk meningkatkan peringatan bahaya melalui sistem tersebut?
Baca juga: Coronavirus: 5 ways to put evidence into action during outbreaks like COVID-19
Inovasi dari negara-negara lain menunjukkan bahwa ada langkah-langkah tambahan yang bisa diambil oleh Australia untuk meningkatkan jaringan pengawasan terhadap penyakit ini.
Pengujian di rumah atau di jalan.
London mengadopsi sebuah sistem pada akhir Januari untuk menguji kasus-kasus penyakit ringan di rumah pasien. Ini membantu membuat isolasi diri dan mengurangi penyebaran penyakit.
Sementara itu, Edinburgh telah membuka klinik pengujian dari mobil (drive-through) untuk mengurangi kemungkinan penyebaran virus.
Rencana tanggap darurat Australia juga meliputi ketentuan untuk memobilisasi klinik flu untuk menjaga pasien dari layanan darurat yang mungkin terlalu berlebihan. Layanan drive-through dapat menjadi tambahan yang sangat baik untuk rencana-rencana yang telah ada saat ini.
Pengujian yang cepat
Salah satu masalah terbesar dalam pengujian saat ini yakni masalah waktu yang diperlukan untuk mengirim sampel ke laboratium untuk pengujian. Ini dapat mengakibatkan penundaan satu hingga dua hari sampai kita mendapatkan hasil ujinya. Selama masa puncak epidemi, pengujian seperti ini tidak dapat menyanggupi kebutuhan yang ada.
Namun, para peneliti di Cina melaporkan telah mengembangkan sebuah tes cepat virus corona yang dapat mendeteksi virus dengan mengambil sedikit darah dari jari pasien dalam 15 menit. Pengujian ini mendeteksi apakah tubuh telah memasang respon imun (antibodi Ig M) terhadap virus corona atau belum.
Meski data belum dipublikasikan, para peneliti tersebut melaporkan keberhasilan mereka dari 600 sampel yang telah mereka uji.
Pengujian diagnostik cepat ini biasanya murah untuk dibuat, dapat diproduksi secara massal, dan dengan mudah digunakan oleh tenaga medis di luar laboratorium.
Melaporkan hasil tes negatif dan sitem pengawasan
Kasus positif COVID-19 dari semua sumber pengawasan dilaporkan saat itu juga ketika kasus terjadi. Kendati demikian, sistem pengawasan influenza turut melaporkan jumlah hasil pengujian negatif, sehingga masih belum jelas apakah pengawasan COVID-19 juga melaporkan hal yang sama.
Melaporkan hasil pengujian yang negatif dapat membantu meredakan kekhawatiran masyarakat bahwa batuk dan bersin yang orang-orang lihat di kereta atau di kantor mereka tidak mungkin disebabkan karena penyebaran COVID-19 yang tak terdeteksi.
Layanan kesehatan lokal juga harus menyediakan informasi terbaru rutin tentang jenis-jenis pengawasan COVID-19 apa saja yang sedang sedang aktif dilakukan dan populasi masyarakat mana saja yang sedang diawasi. Informasi ini dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan dan meyakinkan masyarakat bahwa penyebaran virus corona dapat terpantau secara efektif.
Baca juga: Coronavirus is a breeding ground for conspiracy theories – here's why that's a serious problem
Rizki Nur Fitriansyah menenerjemahka artikel ini dari bahasa Inggris.
Joanne Macdonald, Associate Professor, Molecular Engineering, University of the Sunshine Coast
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
______________________________________________