Dua warga Kelurahan Malaka Jaya, Jakarta Timur, hari ini (Jumat, 4 Februari 2022) diketahui positif terinfeksi varian Omicron. Padahal, keduanya sudah mendapat vaksin lengkap. Bebarapa warga Bekasi dan Depok, Jawa Barat, mengalami hal serupa.
Satgas COVID-19 mencatat ada tambahan 27.197 kasus baru positif virus corona di Indonesia. Sampai Kamis, 3 Februari 2022, total kasus menjadi 4.414.483. Jumlah yang sembuh bertambah 4.154.797 orang. Sedangkan yang meninggal bertambah 38, menjadi 144.411 orang.
Lonjakan kasus positif COVID-19 di Indonesia, diperkirakan karena varian Omicron. Varian ini seperti dua sisi mata uang. Tidak seberbahaya Delta, namun dapat menyerang mereka yang sudah divaksin lengkap (2x).
50 persen populasi Eropa bisa kena
Angka kejadian di Indonesia diperkirakan akan mencapai puncaknya akhir Febriari 2022. Suasana di Eropa tak kalah mengkuatirkan. Peneliti dari University of Rochester Medical Center menyebutkan, Omicron menular 4x lebih cepat dibanding Delta.
Para ahli memperkirakan, 50 persen populasi di Eropa dapat terinfeksi Omicron, 6 - 8 minggu ke depan. Memang benar, varian ini secara umum tingkat kematiannya rendah, tetapi tak dapat dianggap enteng karena dapat menyebar dengan sangat cepat. Dan di negara-genara dengan jumlah vaksinasi yang masih rendah, tingkat kematian akibat Omicron tergolong tinggi.
Tidak semua perlu dirawat di RS
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar masyarakat tetap tenang, meski angka kejadian kasus infeksi varian Omicron terus meningkat. Karena, meski tingkat penularannya tinggi, tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan varian Delta.
Di banyak negara, tingkat keterisian rumah sakit akibat varian ini relatif rendah. “Termasuk di negara kita, tingkat keterisian di rumah sakit masih terkendali,” papar Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, infeksi Omicron dengan gejala ringan dapat sembuh tanpa harus ke rumah sakit. “Pasien cukup melakukan isolasi mandiri di rumah, minum obat dan multivitamin, dan lakukan tes kembali setelah lima hari,” ujarnya.
Gejala ringan cukup isoman
Gejala COVID-19 Omicron di antaranya:
- Flu atau hidung tersumbat
- Sakit tenggorokan dan batuk
- Nyeri otot
- Kelelahan atau badan lemas
Sesuai arahan Presiden Jokowi, Kementerian Kesehatan mengimbau pasien COVID-19 Omicron dengan gejala ringan cukup melakukan isolasi mandiri (isoman) bagi pasien yang berusia >45 tahun. Ada pun bagi lansia – apalagi yang memiliki faktor komorbid, semisal mengidap penyakit jantung -- dianjurkan melakukan isolasi terpusat (isoter).
Pasien positif COVID-19 Omicron yang melakukan isoman, dapat mengakses obat atau vitamin gratis melalui layanan telemedisin yang disediakan Kemenkes, lewat laman https://isoman.kemkes.go.id/.
Pasien dengan gejala ringan bisa mendapat multivitamin C, B, E, dan zinc 10 tablet, favirapir 200 mg 40 kapsul atau molnupiravir 200 mg 40 tablet, dan bila perlu parasetamol tablet 500 mg.
Pasien dianjurkan memanfaatkan pulse oxymeter (oksimeter) untuk mengetahui saturasi oksigen dalam tubuh.
Vaksinasi sangat bermanfaat
Sudah vaksinasi lengkap, masih bisa kena Omicron. Jadi, apa manfaat vaksinasi? Varian Omicron kenyataannya memang juga menyerang orang yang sudah vaksinasi lengkap. Bukan berarti bila sudah divaksin kondisinya menjadi rentan. Justru sebaliknya.
Menurut catatan Kemenkes, yang belum divaksin dan dirawat di rumah sakit, jumlahnya 6x lebih banyak, dibanding yang sudah divaksin. Keuntungan lain, mereka yang sudah divaksin, mengalami gejala yang jauh lebih ringan – bahkan banyak yang tidak bergejala - dibanding yang tidak/belum divaksin.
Badan Kesehatan Dunnia (WHO) mengatakan jumlah kematian cukup tinggi di negara-negara dengan tingkat vaksinasinya masih rendah. Untuk mencegah merebaknya varian Omicron, WHO menyatakan, 5 hal perlu dilakukan: vaksinasi booster atau vaksin ketiga, ventilasi yang baik, dan terapkan protokol kesehatan dengan ketat (cuci tangan, pakai masker, jaga jarak). (sur)