Sayur Buah Pencegah Kanker | OTC Digest

Sayur Buah Pencegah Kanker

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2017) menyebutkan, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. Hampir 1 dari 6 kematian disebabkan oleh penyakit ini. Kanker dipicu oleh faktor genetik maupun lingkungan. Radikal bebas termasuk yang perlu diwaspadai.

Radikal bebas berasal dari molekul oksigen, yang struktur kimianya berubah akibat aktivitas lingkungan. Radikal bebas dalam tubuh berusaha untuk mencuri dan merusak elektron yang ada pada molekul lain, seperti DNA dan sel. Semakin banyak radikal bebas yang beredar, akan semakin banyak pula sel yang rusak.

Secara alami, tubuh memproduksi zat antioksidan seperti glutathione, peroksidase, Katalase dan SOD (Superoxide dismutase) untuk menetralisir radikal bebas. Namun paparan polusi, asap rokok, stres dan kandungan zat tertentu dalam makanan bisa menyebabkan molekul radikal bebas dalam tubuh semakin banyak, sehingga antioksidan bawaan tidak lagi mencukupi.

Bila antioksidan “asli” tak lagi mencukupi, tubuh butuh tambahan antioksidan dari luaar berupa vitamin, mineral dan senyawa fitokimia, yang antara lain bisa didapat dari sayur dan buah. “Seperti misalnya asam folat, serat makanan, vitamin A dan C. Kalsium dan serat makanan pada brokoli mempunyai senyawa indol-3-carbinol, yang bisa menangkal timbulnya kanker payudara dan prostat,” ujar dr. Johanes Chandrawinata, MND, Sp.GK dari RS. Melinda, Bandung.

Senyawa indole-3-carbinol (I3C) dalam brokoli berfungsi mempengaruhi keseimbangan estrogen dalam tubuh. I3C memicu produksi estrogen, yang tidak merangsang kanker payudara dan mengurangi produksi bentuk yang lebih berbahaya. Menurut penelitian  Jay Fowke dari University of South Carolina, satu porsi brokoli sehari cukup untuk menjaga keseimbangan.

Menurut dr. Johanes, brokoli juga mengandung senyawa sulforafan yang meningkatkan kadar enzim yang dapat membunuh sel kanker. Beta-karoten di dalamnya merupakan antioksidan yang dapat menghancurkan radikal bebas. Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan di Michigan University Comprehensive Cancer Center, Amerika Serikat (AS), di mana senyawa sulforafan bekerja tidak seperti kemoterapi yang tidak bisa membunuh sel batang kanker. Dari hasil kultur dengan sel kanker di lab, sulforafan terbukti efektif.

Sulforafan bekerja meningkatkan enzim fase II yang bekerja semacam “polisi” lokal untuk tubuh. Enzim ini menangkap karsinogen dengan mengikatkan pada glutathione larut air, sehingga terbawa dalam aliran darah ke sistem pembuangan.

Penelitian lain menunjukkan, brokoli memiliki banyak senyawa pelawan kanker, seperti asam D-glucaric yang membantu membersihkan sejumlah karsinogen. Juga, mengandung banyak lutein. Dalam penelitian, orang Kepulauan Fiji lebih sedikit terkena kanker paru-paru walau sama-sama perokok, dibanding orang di Kepulauan Pasifik lain. Itu karena orang Fiji memakan lebih banyak sayuran hijau tua, sehingga memiliki lutein lebih tinggi dalam darah.

 

Antioksidan dalam warna-warni tanaman

Buah kiwi juga berantioksidan tinggi. Buah asal Tiongkok yang populer di New Zealand ini juga kaya polifenol, karotenoid dan lutein. “Kandungan serat yang tinggi dalam kiwi, mencegah terjadinya kanker usus besar,” ujar dr. Johanes.

Senyawa klorofil (pigmen hijau) dalam kiwi mempunyai sifat antimutangenik, atau mencegah penyebaran gen penyebab kanker. Klorofil bekerja dengan cara menahan karsinogen dalam pencernaan dan mencegah penyerapannya dalam tubuh. Karsinogen ini termasuk heteroylic amines – penyebab kanker kolon -  dan aflatoxin yang terlihat dalam kanker hati.

Klorofil melekatkan dirinya secara langsung dengan karsinogen, dengan mendukung detoksifikasi fase I (mutasi gen penyebab terbentuknya sel kanker) dan fase II (DNA cacat menjadi ganas) dari karsinogen. Juga mendetoksifikasi radikal bebas, yang dihasilkan karsinogen.

Qian G. S et al melakukan penelitian pada 180 orang sehat yang diberi klorofilin dan plasebo (obat kosong) secara acak, selama 16 minggu. Partisipan yang menerima klorofilin menunjukkan pengurangan 50% dalam ekskresi urin aflatoxin-N7-guanine, suatu ukuran kerusakan DNA, dibanding kelompok plasebo. Di Tiongkok, klorofil sudah digunakan sebagai agen chemopreventif (pencegah kanker) karena tingginya kasus kanker hati.  

Golongan sayur dan buah warna merah juga berkhasiat antikanker, misalnya bit yang berwarna merah keunguan. Pigmen merah yang bernama betacyanin di dalamnya merupakan antioksidan yang kuat. Tahun 1950-an, dr. Alexander Ferenczi di Hunggaria mengobati pasien kanker yang tidak bisa dioperasi menggunakan jus bit. Pada 21 dari 22 penderita terjadi pengurangan tahapan tumor dan penambahan berat badan.

Penelitian lain di Howard University menunjukkan, ekstrak bit dapat memperlambat tumor kulit, paru-paru dan hati pada tikus. Menurut dr. Johanes, jus bit mencegah pembentukan senyawa nitrosamin yang memacu terbentuknya sel kanker. Nitrosamin terbentuk dari asupan dan pencernaan nitrat, yang sering digunakan dalam proses pengawetan daging.

Adapun tomat, pada 35 penelitian signifikan menurunkan risiko berbagai kanker seperti prostat, paru, colorectal, mulut, payudara dan leher rahim, karena tingginya kandungan likopen. Dr. Steven Clinton, Direktur Asosiasi di Comprehensive Cancer Center di Ohio State University menyatakan, likopen bersama zeta-carotene serta phytoene & phytofluene adalah “tiga serangkai” antioksidan. Pada tikus dengan tumor prostat yang diberi bubuk tomat kering, ketahanan hidupnya meningkat 39% di atas rata-rata.

Likopen lebih banyak diserap tubuh dari tomat yang sudah diolah dibanding yang masih mentah, terutama jika pelarutnya minyak. Pada tomat yang sudah diolah, terjadi pemecahan dinding-dinding sel menjadi siap pakai, sehingga karotenoid lebih mudah diambil.  

Menurut dr. Johanes, resep sederhana mencegah kanker cukup dengan berpedoman pada warna agar tubuh mendapat asupan nutrisi yang lengkap. Divariasikan sebanyak mungkin, anjuran makan sayur dan buah sedikitnya 5 porsi/hari. (jie)

 

Bersambung ke: Herbal untuk Pengobatan Kanker