“Semua jemaah pasti batuk kalau sudah di Saudi, yang tidak hanya unta dan tiang listrik,” kelakar ini menggambarkan tingginya kasus ISPA yang dialami oleh jemaah haji / umrah.
Data Kementerian Kesehatan tahun 2023 dan 2024 mencatat lebih dari 30% jemaah haji Indonesia adalah lasia, di mana sudah mengalami penurunan daya tahan tubuh, dan sebagian besar dengan komorbid. Data juga menyebutkan ISPA (infeksi pernapasan akut) adalah masalah kesehatan terbanyak yang ditangani oleh Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan RS Arab Saudi.
ISPA jika disebabkan oleh RSV (Respiratory Syncytial Virus) bisa menjadi lebih berat, risiko tinggi menyebabkan pneumonia (radang paru), bahkan kematian, misalnya pada orang dengan penurunan imunitas, lansia, penderita penyakit paru kronis (asma dan PPOK), serta penyakit kronis lainnya.
Prof. dr. Tjandra Yoga SpP(K), MARS, DT&H, DTCE FISR, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan vaksinasi RSV sudah menjadi program imunisasi nasional untuk penduduk Arab Saudi, lansia usia 60 tahun lebih.
“Hal ini dilakukan karena RSV adalah salah satu penyebab utama kejadian pneumonia, rawat inap, dan kematian pada lansia di Saudi Arabia. Selain itu, infeksi RSV juga dapat meningkatkan risiko perburukan penyakit jantung,” ujarnya dalam acara Kenali dan Penuhi Rekomendasi Pencegahan Penyakit Menular Pernapasan untuk Jemaah Haji dan Umrah, Rabu (26/2/2025).
Baca: Infeksi RSV Perburuk Pasien Jantung, Lindungi Dengan Vaksin
Studi di jurnal Pulmonary Medicine menyatakan bahwa terdapat risiko penularan penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti influenza, coronavirus, hingga RSV, antar jemaah ketika melakukan ibadah haji dan umrah.
Dr. Mohammad Imran, MKM, Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji menambahkan, penting melakukan konsultasi ke dokter sebelum keberangkatan haji dan umrah untuk meningkatkan perlindungan terhadap para jemaah, terutama terhadap ISPA yang salah satunya disebabkan oleh RSV di tanah suci.
“Selain itu, melakukan tindakan preventif seperti vaksinasi menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis,” kata dr. Imran.
Data Kementerian Kesehatan 2024 menjelaskan 80,5% kematian jemaah haji adalah pada kelompok usia >60 tahun. Selain itu 50,1% termasuk dalam risiko tinggi berat (mereka dengan riwayat penyakit jantung, lansia dengan 2 atau lebih komorbid, PPOK).
RSV dapat menular melalui inhalasi atau kontak dengan droplet saluran napas dari mereka yang terinfeksi. Gejala umum infeksi RSV termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.
Lebih lanjut, hingga saat ini belum tersedia pengobatan khusus untuk RSV pada orang dewasa, yang meningkatkan kesulitan dalam penanganannya, sehingga tindakan preventif termasuk vaksinasi terhadap RSV adalah hal yang penting.
“Vaksin RSV diberikan paling lambat 2 minggu sebelum berangkat (ke Tanah Suci). Bisa diberikan berbarengan dengan vaksin influenza dan pneumokokus,” terang Prof. Tjandra “Yang paling dianjurkan itu risiko tinggi, ada 3: lansia, mereka dengan penyakit paru kronis dan mereka dengan penyakit komorbid lain yang membuat daya tahan turun.”
Rekomendasi vaksin RSV sudah diberikan oleh beberapa lembaga kesehatan dunia, antara lain:
- Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD): untuk individu >60 tahun dan atau dengan penyakit paru dan jantung kronis.
- Global Initiative for Asthma (GINA): untuk individu yang memiliki kondisi tertentu seperti asma.
- American Diabetes Association (ADA): untuk individu dengan penyakit kronis seperti diabetes.
Tips menjaga kesehatan paru saat haji / umrah
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan, khusunya paru, saat menjalankan ibadah haji / umrah di Tanah Suci:
- Pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat. Penting untuk memastikan kesiapan fisik selama ibadah, termasuk memeriksa kesehatan paru.
- Vaksinasi. Melakukan vaksinasi yang dianjurkan sebelum keberangkatan, seperti vaksin flu, pneumokokus dan RSV untuk mengurangi risiko infeksi.
- Cukup cairan dan istirahat. Kekurangan cairan dan istirahat dapat memperburuk masalah pernapasan.
- Menghindari paparan polusi dan kuman. Usahakan untuk menjaga jarak dari orang yang (tampak) sakit atau batuk. Gunakan masker jika perlu untuk melindungi saluran napas.
- Berlatih fisik. Persiapkan tubuh dengan latihan fisik ringan agar tubuh lebih siap menghadapi aktivitas yang akan dilakukan selama ibadah haji atau umrah. (jie)