Anak batuk, orangtua khawatir. Terlebih jika batuknya berat dan mengganggu tidur. Tapi, berbahayakah batuk pada anak? Ya, jika berlangsung dalam jangka waktu lama, berkepanjangan dan berulang. Selain mengganggu tidur, kondisi ini dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Batuk berkepanjangan pada anak disebut batuk kronik berulang (BKB).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendefinisikan BKB sebagai: batuk lebih dari atau sama dengan 14 hari dan/atau berulang minimal 3 episode batuk dalam 3 bulan berturut-turut, dengan atau tanpa gejala yang menyertai.
BKB bukan penyakit final, tetapi merupakan kumpulan gejala yang harus diobservasi untuk mencari penyebab atau penyakit yang mendasarinya.
Penyakit kongenital
Untuk bayi usia di bawah 1 tahun dengan BKB, penyakit yang harus dicari tahu pertama kali adalah kelainan kongenital. Misalnya penyakit jantung bawaan, seperti katup bocor, yang biasanya terdapat gejala khas lain. Yaitu biru pada mulut dan jari, cepat lelah, kurang suka menyusu, pertumbuhan dan perkembangannya terhambat.
Penyakit infeksi
Infeksi saluran pernafasan atas berulang pada anak, paling sering karena virus. Batuk kronik juga dapat disebabkan bakteri Pertusis, klamidia. Gejala penyerta lain adalah demam. Infeksi virus akan menghilang dengan sendirinya (self-limiting disease). Kalau batuk pertusis bisa dicegah dengan vaksinasi.
Refluks gastroesofageal (GER)
GER adalah naiknya isi lambung ke esofagus atau tenggorokan. Gejalanya, bayi/anak sering muntah, tersedak dan berat badan tidak naik-naik. Sering muntahan masuk ke saluran nafas secara tak sengaja. Muntahan yang sudah bercampur asam lambung ini akan mengiritasi saluran nafas, sehingga merangsang batuk berulang.
Asma
Untuk BKB pada anak yang lebih besar, mungkin penyebabnya asma. Asma biasanya penyakit keturunan. Selain batuk, anak bisa mengalami pilek (rinitis), nafas berbunyi ngik-ngik (mengi) atau sesak berulang. Jika sesak tidak ditangani, bisa berbahaya karena tubuh bisa kekurangan oksigen. Jika sesak berat, bibir bisa membiru.
Tuberkulosis
Pada anak-anak, terutama balita, batuk bukan gejala yang khas untuk TB paru. Perhatikan gejala berikut: demam berulang yang tidak terlalu tinggi dan tidak diketahui penyebabnya; berat badan turun atau susah naik; pembesaran kelenjar leher. Dan, apakah ada riwayat kontak dengan penderita TB. Intensitas batuk pada TB biasanya menetap, tidak ada fase sembuh jika penyakit belum diobati.
Untuk mendiagnosis penyebab BKB, selidiki apakah anak mengalami gejala seperti tersebut di atas. Anak dengan batuk kronis berulang, dianjurkan konsultasi ke dokter anak. Dokter akan melakukan pemeriksaan, termasuk pemeriksaan penunjang seperti rontgen, laboratorium dan sebagainya.
Bersambung ke: Mengobati Batuk Anak