membedakan nyeri otot sebagai gejala covid-19
membedakan nyeri otot gejala covid-19 dengan sebab lain

Membedakan Nyeri Otot Sebagai Gejala COVID-19 dan Sebab Lain

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) baru-baru ini menambahkan enam gejala baru COVID-19. Selain gejala batuk kering dan sesak napas, CDC menambahkan demam, demam disertai kedingingan, sakit kepala, sakit tenggorokan, anosmia dan nyeri otot sebagai gejala infeksi baru.

Penambahan nyeri otot sebagai gejala baru COVID-19 sedikit mengejutkan, menurut peneliti. Nyeri tubuh dan otot adalah gejala yang paling umum, bisa disebabkan oleh banyak hal. Ternyata peneliti mendapati nyeri otot karena corona sedikit berbeda.

Seberapa kerap kasus nyeri otot pada pasien COVID-19?

Dalam laporannya CDC tidak menyertakan informasi tersebut, tetapi menurut Organisasi Kesehatan Dunia, nyeri otot (myalgia), sedikit kurang umum daripada gejala COVID-19 lainnya.

WHO di laporannya bulan Februari 2020 menyebutkan berdasarkan analisa dari 55.924 kasus terkonfirmasi di China, ada 14,8% pasien melaporkan nyeri otot atau nyeri sendi (arthralgia).

Angka tersebut jauh lebih kecil dibanding pasien yang mengalami demam (87,9%) atau batuk kering (67,7%), dan tetap lebih jarang daripada gajala lain seperti kelelahan (38,1%) dan sesak napas (18,6%).

Kenapa COVID-19 sebabkan nyeri otot?

Nyeri otot – kerap disebabkan oleh peradangan – juga adalah gejala umum dari infeksi virus. “Secara umum virus corona, seperti virus lainnya, dapat menyebabkan peradangan di jaringan otot,” kata Amir Barzin, DO, MS, dari Respiratory Diagnostic Center, di UNC Medical Center, AS, melansir Health.com.

Dr. Barzin menjelaskan bila nyeri otot akibat infeksi virus disebabkan kerusakan serat otot oleh virus itu sendiri. Virus juga memicu respons peradangan di dalam tubuh – melalui sitokin inflamasi yang adalah sinyal pada sistem kekebalan untuk bekerja – yang menyebabkan kerusakan jaringan.

Bagaimana rasa nyeri otot gejala COVID-19?

Menurut dr. Barzin, nyeri otot sebagai gejala COVID-19 biasanya terasa seperti “nyeri tekan saat disentuh atau nyeri saat pergerakan otot.”

Meskipun nyeri otot karena olahraga bisa terasa mirip, nyeri akibat virus cenderung lebih umum, sedangkan nyeri terkait olahraga atau cedera biasanya terlokalisasi di otot tertentu.

Dokter kadang juga kesulitan membedakan kedua jenis nyeri otot tersebut. “Sangat sulit untuk membedakannya,” dr. Barzin mengakui, sehingga dokter kerap harus mengajukan pertanyaan untuk mengetahui akar permasalahan.

Nyeri otot yang berhubungan dengan virus atau karena olahraga juga punya perbedaan waktu sembuh. “Pada nyeri otot karena virus biasanya butuh waktu mingguan hingga bulanan setelah infeksi hilang,” imbuh dr. Barzin, “Sementara nyeri otot karena olahraga hanya butuh waktu 48-72 jam.”

Bagaimana perawatan nyeri otot gejala COVID-19?

Dr. Barzin menjelaskan, “Nyeri otot karena olahraga bisa disembuhkan dengan kompres dingin, peregangan ringan, pijat dan aktivitas aerobik ringan sebelum mulai rutinitas olahraga.”

Tetapi bila tiba pada nyeri otot akibat COVID-19 atau virus lain, perawatannya sedikit berbeda. Charles Odonkor, MD, spesialis pengobatan nyeri dari Yale School of Medicine, AS, merekomendasikan istirahat total (bed rest), penuhi kebutuhan cairan dan pemberian obat pereda nyeri seperti asetaminofen, aspirin dan ibuprofen.

Dr. Odonkor mencatat, bagaimanapun, bahwa jika Anda tidak merasa lebih baik dengan perawatan di atas, harus segera mencari perawatan medis. (jie)