kalung anticorona efektif membunuh virus covid-19

Kalung Anticorona Dikabarkan Efektif Membunuh COVID-19, Benarkah?

Belum lama ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menyatakan bila senyawa dalam minyak kayu putih (eucalyptus) berpotensi mencegah virus corona. Kementerian Pertanian bahkan berencana memroduksi massal kalung eucalyptus atau yang mendadak tenar disebut kalung anticorona tersebut.

Kayu Putih masih ‘bersaudara’ dengan Ekaliptus, pohon khas Australia yang disenangi koala; keduanya merupakan kelompok Myrtaceae (jambu-jambuan). Seperti minyak yang berasal dari Ekaliptus, minyak kayu putih mengandung sineol, khususnya 1,8 sineol atau eucalyptol / kayuputol. Kandungan lainnya yakni terpinoldipentenelimonene dan pinene.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 3 Juli 2020 lalu mengklaim kalung anticorona efektif membunuh virus corona. Dalam 15 menit pemakaian, kalung antivirus disebut diklaim ampuh membunuh 42 % virus corona. Bahkan, pemakaian 30 menit dapat membunuh 80 % virus.

Sebelumnya Balitbangtan telah menguji beberapa tanaman herbal termasuk eucalyptus terhadap virus Gammacorona dan Beta coronavirus Clade 2a sebagai model dari virus corona, dan virus influenza H5N1 (virus flu burung).

Hasilnya, eucalyptus menunjukkan memiliki kemampuan antivirus 80-100 % tergantung jenis virus, termasuk virus corona yang digunakan dalam pengujian. Akan tetapi, pengujian belum menggunakan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Riset tersebut juga didasarkan dari penelitian lain yang dilakukan oleh Arun Dev Sharmar dan Indrajeet Kaur, dari Lyallpur Khalsa College Jalandhar, India. Mereka menyatakan bila senyawa 1,8 sineol berpotensi menjadi senyawa yang bisa menghambat infeksi COVID-19.

Riset itu berjudul Eucalyptol (1,8-cineole) from Eucalyptus Essential Oil a Potential Inhibitor of COVID-19 Corona Virus Infection by Molecular Docking Studies. Namun, peneliti juga mengatakan bila riset lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki potensi penggunaannya sebagai obat.

Metode riset molecular docking (penambatan molekuler) merupakan metode untuk meniru peristiwa interaksi suatu molekul mengikat protein yang menjadi targetnya pada uji in vitro (dalam tabung). Hasilnya masih merupakan ‘prediksi’ yang biasa digunakan sebagai tahap awal pencarian kandidat obat. Masih dibutuhkan riset lanjutan melalui pembuktian empiris. 

Berpotensi sebabkan salah persepsi

Sementara itu, Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengatakan ketidasetujuannya bila kalung eucalyptus disebut sebagai kalung anticorona.

Pasalnya, riset yang dilakukan terhadap eucalyptus tersebut baru sebatas in vitro di tingkat sel. “Saya tidak setuju disebut kalung antivirus, cukuplah disebut kalung kayu putih atau kalung eucalyptus,” tegas Prof. Ari kepada wartawan.

Dikutip dari Kompas, meskipun minyak kayu putih memiliki potensi sebagai antiviral (antivirus), Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia menjelaskan, riset tersebut dalam bentuk spray dan filter. Itu pun baru pada jenis virus terbatas yang sudah umum, bukan COVID-19.

Oleh karena itu, menurut Dicky, menganggap produk kalung minyak kayu putih untuk mencegah virus corona adalah terlalu dipaksakan, dan berpotensi menimbulkan salah persepsi.

“Belum terbukti secara ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah tentang potensinya mencegah virus SARS-CoV-2,” tegas Dicky. “Adanya kalung apapun tidak akan berpengaruh saat tangan yang terpapar virus menyentuh hidung, mata dan mulut.”

Untuk itu Ia menegaskan pentingnya semua pihak memahami prinsip penularan COVID-19 dengan benar.

Antimikroba

Salah satu yang sudah dipastikan manfaat pengobatan minyak kayu putih adalah sebagai antimikroba, sehingga bisa dipakai sebagai antiseptik (pembunuh kuman).

Sineol, linalool dan terpinen merupakan bahan aktif yang diketahui mampu bertindak sebagai antimikroba.

Dalam konsentrasi 0,2-0,4%, minyak kayu putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif seperti, Bacillus cereus, Enterococcus faecium, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus. Juga bakteri gram negatif seperti E.coli, Alcaligenes fecalis dan Proteus vulgaris. (jie)