Deteksi Lupus dengan SALURI | OTC Digest
lupus_saluri_autoimun

Deteksi Lupus dengan SALURI

Lupus yang juga dikenal sebagai penyakit ‘seribu wajah’ ini adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan sistemik. Normalnya sistem  imun akan menyerang / membunuh zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada lupus ia menjadi terlalu aktif dan menyerang organ tubuh sendiri.

“Lupus sifatnya non organ specific, artinya dapat menyerang berbagai bagian tubuh, seperti kulit, sendi, sistem saraf, ginjal, paru, jantung atau sel darah merah,” papar dr. Sumariyono, Sp.PD-KR, dari Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, di Jakarta (8/5/2018).

Secara umum penyebab lupus belum diketahui jelas. Namun dipercaya berhubungan dengan keseimbangan hormonal. Ini pula yang menyebabkan lupus lebih banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki (2-15 :1).

Estrogen dan prolaktin pada perempuan lebih memicu lupus daripada hormon testosteron di laki-laki. “Tapi bukan berarti pria yang terdiagnosis lupus akan lebih ringan penyakitnya daripada perempuan,” jelas dr. Sumariyono. Lupus Lebih sering diderita di usia produktif (15-50 tahun), walau mungkin menyerang bayi dan anak-anak.  

Penyebab lain dihubungkan dengan riwayat keluarga yang juga menderita lupus (7%), interaksi dengan penyakit autoimun lain, stres, paparan sinar UV yang berlebihan, polusi, asap rokok, infeksi dan pemakaian antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin).

Gejala

Dari beberapa jenis lupus, yang paling banyak diderita adalah lupus eritematosus sistemik (LES); gejala pada berbagai organ (sistemik) tergantung organ yang diserang. Gejala terbanyak adalah yang menyerang sendi (muskuloskeletal) ditandai dengan adanya kaku, hangat, radang dan nyeri sendi.

Atau jika menyerang kulit (bagian mukokutan) ditunjukkan dengan ruam kemerahan di pipi, sensitif terhadap sinar matahari atau sariawan yang tidak kunjung sembuh. Bila mengenai ginjal terjadi bengkak di seluruh tubuh, buang air kecil keruh / berbusa / kemerahan, dan ada gangguan fungsi ginjal.

“Sementara jika menyerang sel-sel darah terjadi anemia (kekurangan sel darah merah), leukopenia (kekurangan sel darah putih) atau trombositopenia (kekurangan faktor pembekuan darah),” papar dr. Sumariyono, pada acara bertajuk Periksa Lupus Sendiri (SALURI) – Memahami Program Deteksi Dini Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dalam rangka peringatan Hari Lupus Sedunia 2018.

Periksa lupus sendiri

Karena lupus kerap dianggap penyakit lain - atau salah deteksi - maka menurut dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA., dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, penting untuk melakukan upaya deteksi dini.

Yakni dengan melakukan periksa lupus sendiri (SALURI), yang terdiri dari 11 poin:

  1. Apakah persendian sering terasa sakit, nyeri atau bengkak lebih dari 3 bulan?
  2. Apakah jari tangan dan/jari kaki pucat, kaku atau tidak nyaman saat dingin?
  3. Sariawan tak kunjung sembuh / lebih dari 2 minggu.
  4. Apakah mengalami kelainan darah seperti : anemia, leukopenia atau trombositopenia?
  5. Pernahkah mendapatkan ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu dengan sayap melintang dari pipi ke pipi?
  6. Sering demam diatas 38°C dengan sebab yang tidak jelas.
  7. Apakah pernah mengalami nyeri dada selama beberapa hari saat menarik napas?
  8. Apakah Anda sering merasa sangat lelah dan lemas, bahkan setelah cukup beristirahat?
  9. Apakah kulit Anda hipersensitif terhadap sinar matahari?
  10. Apakah terdapat protein pada pemeriksaan urin Anda?
  11. Pernahkah Anda mengalami serangan kejang?

“Bila positif (menjawab ‘ya’) minimal pada 4 pertanyaan tersebut ada kemungkinan lupus. Segera konsultasikan dengan dokter puskesmas atau rumah sakit setempat,” ujar dr. Asjikin.

Namun yang juga perlu diketahui, jawaban positif pada pertanyaan di atas bisa juga disebabkan oleh hal lain, misalnya infeksi virus. Itu sebebnya pemeriksaan dibutuhkan untuk memastikan penyebab. (jie)