Puteri Indonesia 2017 Bunga Jelitha, Langsing Tanpa Obat | OTC Digest

Puteri Indonesia 2017 Bunga Jelitha, Langsing Tanpa Obat

Selain memperkenalkan budaya Indonesia ke seantero dunia, Puteri Indonesia 2017 Bunga Jelitha Ibrani membawa pesan cegah kanker serviks pada ajang Miss Universe pada November 2017 lampau.

Bersama artis Wulan Guritno, Sarwendah, Ruben Onsu dan Prilly Latuconsina, dara berusia 26 tahun ini ditunjuk Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) sebagai Duta Cegah Kanker Serviks (leher rahim). “Awalnya saya ingin membawa isu anak ke ajang Miss Universe. Setelah menjadi Duta, saya berubah pikiran,” ujarnya di Graha YKI Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia kaget melihat tingginya angka penderita kanker serviks dan kematian yang diakibatkannya. Tercatat, setiap 1 jam seorang perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks. Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara. Data Global Action Cancer (Globocan) 2012 yang dirilis WHO, ada 58 kasus baru/hari di Indonesia.

“Di negara lain angkanya turun. Di Indonesia malah meningkat,” tutur wanita yang terjun ke dunia model sejak usia 13 tahun ini. “Kanker serviks itu mematikan. Kabar baiknya, ini satu-satunya kanker yang sudah ada pencegahannya, yakni dengan vaksinasi.”

Sebagai Puteri Indonesia, ia berharap bisa memberi contoh bagi perempuan muda untuk melakukan pencegahan kanker serviks, dengan melakukan vaksinasi. Bagi Bunga, bahaya kanker serviks ada di depan mata. Selain wanita dewasa, kanker ini menyerang wanita muda.

Perjalanan menjadi kanker membutuhkan waktu lama, sejak seseorang terinveksi HPV (human papillomavirus). “Setelah diteliti, virus itu sudah menyerang tahun-tahun sebelumnya. Penting untuk melakukan pencegahan sedini mungkin,” ujar Bunga. “Kanker yang diderita Julia Perez, membuat saya sadar bahwa wanita muda juga berisiko tinggi.”

Ia berharap pemerintah Indonesia lebih serius lagi untuk melakukan program vaksinasi gratis, pada wanita usia 9-13 tahun. Pemeran film Lawang Sewu ini melihat, perempuan Indonesia memiliki peran dan tanggungjawab besar. Tak hanya sebagai ibu rumah tangga; tidak sedikit perempuan yang membina karir di perusahaan atau intitusi tertentu, bahkan menjadi pemimpin perusahaan.

Menjaga kesehatan menjadi penting bagi perempuan. “Vaksinasi prosesnya mudah dan sederhana. Disuntik di lengan, cuma butuh waktu 10 detik. Vaksinasi untuk pencegahan primer,” katanya.

Saat menjalani vaksinasi, Bunga berusaha bersikap tenang. Sebelum menyuntik, dokter berkata, “Rileks saja, tangannya jangan dikecangin, gak usah melihat jarum. Anggap saja ini hadiah ulang tahun. Perlindungan dari sekarang sampai seterusnya,” papar dokter. Ya,Bunga merayakan ulang tahun sehari sebelum vaksinasi. Ia lahir 6 September.

“Sudah berulang kali disuntik, waktu jarum mau menembus kulit rasanya tegang, hehe,” ujar wanita yang menjuarai ajang Supermodel of Asia Pasific tahun 2011 ini.

Langsing, sehat

Kesehatan, bagi seorang Puteri Indonesia, merupakan hal yang tak bisa ditawar. Dan keseharan erat kaitannya dengan menjaga pola makan sehingga berat badan berada di kisaran normal. Yayasan Puteri Indonesia menerapkan standar perawatan kesehatan bagi puteri-puteri terpilihnya (juara pertama ajang Puteri Indonesia dan runner up 1-3).

Selain menjaga pola makan, pergi ke pusat kebugaran adalah wajib. Termasuk suntik vitamin, dan lain-lain. Berbeda-beda fokusnya untuk tiap Puteri. Ada yang perlu menaikkan berat badan karena terlalu kurus. Bunga sendiri dianjurkan untuk mengurangi porsi makan, tanpa perlu menjalani diet khusus.

Bunga cukup maklum, karena ia sudah cukup lama menjadi model yang selalu dituntut untuk bertubuh langsing. Menjaga porsi makan adalah “makanan” sehari-hari. Jika orang lain mengambil satu centong nasi, Bunga cukup setengah atau seperempat centong. Ia merasa perlu mengurangi nasi, karena sumber karbohidrat ini bisa menaikkan berat badan. Sebagai gantinya, piring makan dipenuhi dengan sayur atau lauk, misalnya dada ayam kukus tanpa kulit dan minim lemak.

Sebelum menjadi Puteri Indonesia, Bunga biasa lari 3 putaran di sekitar Monas bersama sang mama. “Saya tipe orang yang gampang naikin berat badan, tapi juga gampang turunnya. Gampang membentuk otot. Selama pemilihan Putri Indonesia, saya nge-gym.Kebetulan kami dikarantina di apartemen. Nah pas pulang ke rumah mama kaget, dia bilang bahu saya kayak bahu boxer (petinju).”

Dengan tinggi 180 cm dan berat badan 60 kg, ia sedang mengejar target berat badannya rurun lagi menjadi 57 kg. Ini dilakukan untuk mendapat penilaian tinggi dari juri, saat swim suit competition di ajang Miss Universe. Peserta akan dilihat dari struktur tubuh, kesehatan kulit, kebugaran tubuh, dan lain-lain.

Bunga menyatakan, ia pernah mengonsumsi obat pelangsing/diet di awal karier modelnya. Tindakan itu ia sesali dan untungnya tidak berlanjut. Saat itu, ia masih berumur 17 tahun, tingginya 174 cm dan berat 52 kg. “Itu sudah naik dari 50 kg. Saya bangga bisa menaikkan berat badan, karena waktu itu saya merasa kekurusan. Eh, ada beberapa desainer yang menganggap saya kegemukan. Di situ saya down, minum obat diet.

“Saya menyesal setelah tahu efeknya. Ketika apotek langganan saya kehabisan stok obat, saya membeli di apotek lain. Dari sana saya dikasih tahu kalau obat ini justru berdampak lebih cepat menaikkan berat badan, jika berhenti diminum,” kenangnya.

Belajar dari pengalaman, Bunga berpendapat kalau ingin langsing harus dilakukan dengan cara yang benar. Banyak teman-temannya sesama model yang melakukan diet ekstrim, justru berujung di rumah sakit karena mengalami gangguan pencernaan.

Tetap langsing, cenderung kurus atau sedikit di bawah berat badan ideal, sudah menjadi tuntutan seorang Puteri. Pastinya, tubuh selalu harus bugar agar dapat mengikuti jadwal dan kegiatan yang menjadi kewajiban seorang Puteri Indonesia. Katanya, “Setiap hari pasti ada kegiatan. Kena flu saja saya takut karena bisa mengganggu. Kalau batuk-batuk saat saya sedang berbicara, tentu tidak elok. Gangguan batuk bisa pikiran nge-blank, nggak konsen. Apalagi penyakit berat seperti kanker serviks, harus dicegah.” (jie)