Berita duka kembali datang dari ranah komedi tanah air. Komika Babe Cabita meninggal dunia, Selasa 9 April 2024, pada pukul 06.38 WIB. Ia menutup mata selamanya di usia 34 tahun. Sebelumnya secara terbuka Babe Cabita mengakui jika menderita penyakit langka anemia aplastik.
Kabar meninggalnya Babe Cabita diungkapkan oleh Oki Rengga, rekan seprofesinya. “Innalillahi wa Inna Ilaihi rajiun, telah meninggal anak, adik, suami, ayah kami Priya Prayoga Pratama Bin Irsyad Tanjung (Babe Cabita), hari ini 9 April 2024 pukul 06.38 WIB di RS Mayapada Lebak Bulus Jakarta Selatan,” tulis Oki di akun Instagram pribadinya.
Marshel Widianto melalui akun Instagramnya juga menulis, ”Rest in Pride Mitra...Abang Babe Kuh Sayaaaang,” sambil menyertakan emoji menangis.
Sebelumnya, pada tahun 2023 lalu, Babe Cabita pernah bercerita jika ia mengidap penyakit anemia aplastik, salah satu jenis kelainan darah langka, terjadi kegagalan sumsum tulang menghasilkan sel darah. Ini membuatnya kekurangan tidak hanya sel darah merah, tetapi juga sel darah putih.
Babe sempat melakukan perawatan intensif di rumah sakit pada akhir 2023 lalu selama beberapa minggu. Saat itu ia komika berambut kribo itu juga disarankan melakukan pengobatan di Malaysia atau Singapura.
Pria kelahiran 5 Juni 1989 ini memulai kariernya komedinya dengan mengikuti kompetisi Stand Up Comedy Indonesia musim ketiga (2013) di Kompas TV. Ia berhasil menyabet gelar juara dalam ajang tersebut. Sejak saat itu namanya melambung dan menjadi salah satu komika ternama di Indonesia.
Apa yang membedakan anemia aplastik dengan anemia biasa?
Dr. Oscar Gilang Purnajati, MHPE, staf pengajar Fakultas Kedokteran Univ Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, menjelaskan pada anemia biasa (anemia hemolitik) terjadi kekurangan zat besi, tetapi sumsum tulang normal.
“(Anemia hemolitik) menyebabkan sel darah merah kecil, pucat. Penderitanya juga pucat, gampang lemas. Karena angkutan oksigennya kurang jadi gampang lemas,” katanya.
Sedangkan anemia aplastik ada kegagalan sumsung tulang memroduksi sel darah merah dan putih. Termasuk penyakit autoimun langka. Penyebabnya idiopatik (tidak diketahui). Walau bukan penyakit genetik, anemia aplastik yang menyerang usia muda biasanya diturunkan dari keluarga.
”Bisa juga karena infeksi, tetapi tidak selalu karena infeksi selama kehamilan,” dr. Oscar menambahkan.
Gejala yang dialami hampir sama antara anemia hemolitik dengan aplastik, secara umum pasien mengalami lemah, lesu dan gampang letih.
Namun secara khusus pada anemia aplastik, ”Mungkin akan ada trombositopenia. Semuanya turun, leukosit (sel darah putih) turun sehingga gampang infeksi, trombosit (keping darah merah) turun gampang perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, paling ringan bintik-bintik merah seperti DBD,” terang dr. Oscar.
Siapa saja bisa terkena anemia aplastik, baik dewasa atau anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Apa yang harus dilakukan jika sudah terdiagnosa?
Biasanya pasien akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa, termasuk biopsi sumsum tulang.
Secara umum penyakit autoimun langka ini disebabkan oleh rusaknya sel punca di sumsum tulang. Menyebabkan produksi baik sel darah merah, sel darah putih atau keping darah berkurang.
Kondisi ini bisa fatal, “Pasien bisa pingsan jika mengalami anemia berat, bahkan menyebabkan kematian,” tegas dr. Oscar. ”Kalau sampai meninggal kemungkinan anemia berat, jadi sesak napas, kerja jantung tambah berat, karena yang ngangkut oksigen tidak ada.”
Dokter akan memberikan obat seperti imunosupresif – untuk menekan sistem kekebalan tubuh– dan obat hematopoietic growth factor untuk membentuk darah.
Selain itu penderita anemia aplastik mungkin membutuhkan transfusi darah berulang. ”Pasien akan diberikan terapi suportif, seperti paracetamol jika mengalami demam, anti nyeri, atau transfusi darah,” tukas dr. Oscar.
Transplantasi sel punca (stem cell) masih dianggap satu-satunya pilihan pengobatan untuk penderitan anemia aplastik berat. (jie)