Salah satu nutrisi yang banyak dibutuhkan pasien yakni protein. Nutrisi ini penting untuk proses penyembuhan, membangun serta memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, melawan infeksi, serta memberi energi. Asam amino esensial berupa BCAA (branched-chain amino acid) atau asam amino rantai cabang yakni valin, leucin dan isoleucin memiliki keistimewaan karena mudah dimetabolisme. “Ini adalah bentuk asam amino yang bisa langsung dipakai untuk proses pembentukan dan pemulihan sel,” kata dr. Sri Wuryanti, Sp.GK dari RS Satya Negara, Jakarta.
Vitamin dan mineral penting, terutama yang berfungsi sebagai antioksidan. Ini untuk melindungi sel dan jaringan sehat akibat peradangan dan stres oksidatif, karena banyaknya radikal bebas selama pengobatan. Vitamin yang berperan penting terutama vitamin A, C dan E. Ada pun mineral yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain selenium, zinc (seng), zat besi dan tembaga.
Antioksidan bekerja dengan tiga cara; tiap vitamin /mineral memiliki caranya tersendiri. Ada yang menurunkan tingkat energi radikal bebas (vitamin A, seng); mencegah pembentukan radikal bebas (seng, zat besi, tembaga), dan memutus rantai reaksi untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas (vitamin A, C, E dan selenium). Seng dan tembaga juga berperan penting sebagai struktur penyusun antioksidan alami tubuh. Pigmen tanaman (fitokimia) pada buah dan sayur berwarna hijau (lutein dan klorofil), merah (likopen), biru-ungu (antosianin) serta kuning-oranye (karoten) merupakan sumber antioksidan yang baik.
Dr. Yanti menyebutkan, selama terapi sebaiknya mengonsumsi antioksidan alami (dari makanan), bukan suplementasi. Radikal bebas yang terbentuk selama terapi membantu mematikan sel kanker. Suplementasi memberi dosis antioksidan tinggi, sehingga terlalu banyak radikal bebas yang dinetralisir; ini mengurangi efektivitas pengobatan. Jika berasal dari makanan, dosisnya tidak tinggi. “Suplemen antioksidan bisa diberikan setelah masa terapi selesai,” jelasnya.
Nutrisi lain yang banyak dibutuhkan yakni asam lemak esensial, khususnya omega-3 yang mengandung EPA dan DHA. “Omega-3 bisa mengurangi proses inflamasi dan proteolisis,” ujar dr. Yanti. Juga membantu menormalkan apoptosis (program pematian sel) kanker, serta memperlambat pembentukan pembuluh darah untuk metastasis (penyebaran) kanker. Omega-3 bisa didapat antara lain dari biji wijen, alpukat, sayuran hijau tua, minyak kanola, serta ikan laut dalam (tuna, hering, sarden, salmon). Sebaiknya makanan ini ditim atau ditumis; tidak digoreng karena merusak EPA dan DHA. Bisa pula dengan suplemen omega-3, agar dosis lebih pasti.
Susu Khusus
Ada kalanya, pasien perlu tambahan nutrisi berupa susu khusus, untuk membantu mencukupi kekurangan dari makanan sehari-hari. Umumnya susu mengandung EPA-DHA dan tinggi protein. Zat pendukung lain bisa berupa vitamin dan mineral, omega-3 dan fruktooligosakarida. Yang terakhir ini merupakan serat larut air, yang membantu mengurangi gangguan saluran cerna yang sering dialami pasien. “Jika pasien mampu, lebih bagus jika mengonsumsi susu seperti ini,” kata dr. Yanti.
Terutama bagi pasien yang menjalani radiasi untuk kanker pada kepala dan leher; mereka sering menderita sariawan, air ludah berkurang sehingga mulut kering dan gigi ngilu. Makanan harus diblender (dalam bentuk cair) karena sakit kalau menelan makanan padat. Susu khusus sangat membantu. Namun susu ini relatif mahal. Alternatifnya, minum susu biasa atau susu kedelai. Hindari susu kental manis karena kandungan proteinnya rendah. (nid)
Baca juga: Nutrisi Rendah Karbo dan Tinggi Protein bagi Pasien Kanker