Musim Hujan Tiba, Waspada Kenaikan Kasus Dengue
kenaikan_kasus_dengue_hujan

Musim Hujan Tiba, Waspada Kenaikan Kasus Dengue

Hujan mulai mengguyur berbagai wilayah di Indonesia. Menurut prediksi BMKG, puncak musim hujan akan terjadi pada November – Desember di Indonesia bagian barat, serta Januari – Februari 2026 di Indonesia bagian selatan dan timur. Musim hujan selalu diikuti dengan kenaikan kasus dengue atau yang kerap disebut demam berdarah dengue (DBD). “Di musim hujan banyak genangan air, yang menjadi tempat nyamuk berkembang biak,” ujar Penasihat Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI.

Hal senada diungkapkan oleh Prof. dr. Ghufron Mukti, MSc, Ph.D, Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. “Dengue bukan sekadar isu musiman, tapi memang bisa diprediksi. Misalnya dalam beberapa bulan ke depan, kenaikan kasus dengue akan tinggi karena pengaruh cuaca,” ujarnya, dalam diskusi di Jakarta (2/11/2025).

Ia melanjutkan, menurut data BPJS ada lebih dari 166 ribu peserta BPJS Kesehatan yang terkena demam berdarah dengue, dengan 59 persen diderita oleh peserta berusia kurang dari 20 tahun. “Trennya terutama (meningkat) di musim hujan,” imbuhnya.

Dengue tak semata persoalan kesehatan masyarakat, tapi juga berdampak pada perekonomian nasional. Data BPJS Kesehatan menunjukkan pembiayaan yang meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2021, biaya klaim perawatan pasien demam dengue dan DBD tercatat sebesar Rp626 miliar. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya, hingga mencapai 2,9 triliun untuk >1 juta kasus rawat inap pada 2024.

Diksusi Dengue di Jakarta / Foto: Takeda Indonesia

Ancaman pada Anak dan Dewasa

Anak-anak merupakan kelompok usia dengan jumlah kasus dan kematian akibat dengue tertinggi. Diungkapkan oleh Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kematian bisa terus meningkat bila dengue tidak ditatalaksana dengan baik, terutama yang datangnya terlambat.

“Dengue ini unpredictable. Pasien datang dengan kondisi biasa, lalu tiba-tiba fatal karena mengalami syok dan tidak bisa pulih kembali hingga tidak tertolong,” jelas Prof. Hartono. Ini disebut irreversible shock akibat dengue shock syndrome (DSS), komplikasi demam berdarah dengue yang paling berat. “Jangan remehkan penyakit ini karena bisa merenggut nyawa secara tidak terduga,” tegasnya.

Dengue pada anak memang mengkhawatirkan. Sekitar 43% kasus dengue terjadi pada golongan usia <14 tahun dengan proporsi kematian terbesar antara 53% terjadi pada golongan usia 5-14 tahun.

Namun demikian, bukan hanya anak-anak yang berisiko terhadap dengue dan dengue berat, melainkan juga orang dewasa dan lansia. Berbeda dengan anak yang secara umum imunitasnya lebih rendah sehingga lebih berisiko, kelompok usia dewasa menghadapi risiko yang lain lagi. “Sebagian orang dewasa sudah punya penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, dan lain-lain. Infeksi dengue bisa menyebabkan penyakit-penyakit tersebut makin berat, dan bisa menimbulkan kegawatan,” papar Penasihat Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI.

Pasien dengan hipertensi dapat mengalami kondisi 2–3 kali lebih berat. Pasien obesitas 1,5–2 kali lebih berat; diabetes 3–5 kali; bahkan pada pasien dengan gangguan ginjal kronis, tingkat keparahan bisa mencapai hingga tujuh kali lipat.

Berdasarkan studi kasus tahun 2018–2020 terhadap 45 karyawan yang terinfeksi dengue, rata-rata mereka harus absen selama enam hari kerja. Bahkan, dua dari tiga di antaranya masih mengalami kelelahan selama beberapa minggu setelah dinyatakan sembuh. “Apabila seseorang kembali terinfeksi dengue, risiko terjadinya dengue berat akan meningkat secara signifikan,” imbuh Prof. Samsu.

Mengendalikan Vektor dan Vaksinasi

Baik Prof. Hartono maupun Prof. Samsu setuju, pencegahan dan deteksi dini merupakan langkah krusial untuk mencegah kegawatan akibat dengue. Prof. Hartono mengingatkan, ada dua langkah umum untuk mencegah dengue: pengendalian vektor dan imunisasi (vaksinasi). Keduanya krusial untuk mencegah kenaikan kasus dengue di musim hujan.

Pencegahan yang terintegrasi, termasuk menjaga kebersihan lingkungan, menjalankan program 3M plus terutama di musim hujan penting untuk mengurangi populasi nyamuk. “Imunisasi bagi anak-anak yang memenuhi syarat mulai usia empat tahun, memberikan perlindungan terhadap virus dengue,” ujar Prof. Hartono.

Menariknya, vaksin dengue juga bisa untuk orang dewasa. Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI telah merekomendasikan vaksin dengue ke dalam jadwal imunisasi dewasa untuk bisa melindungi orang dewasa dan lanjut usia. Pada dewasa, vaksin dengue bisa diberikan untuk usia 19 – 60 tahun.

Derek Wallace, President, Global Vaccine Business Unit, Takeda Pharmaceuticals menyatakan apresiasinya terhadap komitmen Indonesia dalam pencegahan dengue. “Dalam lima tahun terakhir, dunia mengalami peningkatan signifikan kasus dengue. Namun di tengah tren peningkatan global tersebut, Indonesia justru berhasil menekan laju kasus dengue secara signifikan pada tahun 2025,” ujarnya.

Ia melanjutkan, kemajuan yang dicapai oleh Indonesia menunjukkan apa yang mungkin kita capai dengan kolaborasi menyeluruh antara peningkatan kesadaran, kebijakan, dan sains. “Dengue adalah tantangan yang kompleks, tapi bukannya tak terkalahkan. Dengan terus bekerja sama, kita bisa melindungi lebih banyak jiwa, menurunkan beban penyakit, srta memberi ksempatan bagi generasi mendatang untuk tumbuh tanpa rasa takut terhadap dengue,” pungkasnya. (nid)