Setiap saat tubuh kita memroduksi radikal bebas, yang berpotensi mempengaruhi kesehatan jangka panjang. Antioksidan adalah zat yang bermanfaat melawan / menyeimbangkan radikal bebas tersebut.
Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan disebut stres oksidasi. Ini antara lain disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti kurang gerak, merokok, konsumsi alkohol atau makanan tidak sehat. Juga berhubungan erat dengan polusi udara dan radiasi.
Stres oksidasi berhubungan erat dengan beberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, Alzheimer, hingga kanker.
“Stres oksidasi bisa mengganggu sekresi insulin di pankreas, berkontribusi pada resistensi insulin,” ujar Jennifer Cheng, DO, dari Hackensack Meridian Jersey Shore University Medical Center (AS). “Stres oksidasi juga dapat merusak pembuluh darah, meningkatkan risiko serangan jantung dan kejadian serebrovaskular.”
Penelitian menunjukkan bahwa makanan tinggi antioksidan, seperti sayuran hijau, buah beri, jeruk, dan kacang-kacangan mampu menurunkan kadar stres oksidasi.
Riset di jurnal Scientic Report menjelaskan bahwa konsumsi kacang almond sekitar 2 ons per hari bisa menurunkan stres oksidasi, yang akhirnya memperpanjang masa kesehatan.
60 gram per hari
Untuk studi ini, peneliti menganalisa data delapan riset berbeda, melibatkan 424 partisipan, meliputi individu sehat, obesitas, merokok, dengan penyakit kronis seperti arteri koroner atau kolesterol tinggi.
Jumlah almond yang dikonsumsi berkisar antara 5 - 168 gram per hari, selama 4-24 minggu. Setelah dianalisis, individu yang mengonsumsi lebih dari 60 gram (sekitar 2 ons atau 22 butir) kacang almond tiap hari, mengalami penurunan signifikan penanda kerusakan sel.
Peneliti juga melaporkan individu yang mengonsumsi lebih dari 60 gram per hari mengalami peningkatan pertahanan antioksidan, serta sedikit penurunan (namun signifikan) kadar asam urat, yang dianggap sebagai biomarker stres oksidasi.
Ingat kalori!
Melansir Medical News Today, Rosario Ligresti, MD, kepala divisi gastroenterologi di Hackensack University Medical Center, berkomentar, temuan ini masuk akal, karena almond terkenal tinggi antioksidan, seperti polifenol dan vitamin E, dua senyawa yang diketahui mampu memerangi kerusakan sel.
“Tinjauan sistematik ini memberikan bukti yang lebih kuat bahwa dosis almond yang lebih tinggi dan spesifik dapat menghasilkan efek biologis yang terukur, menegaskan reputasinya sebagai makanan sehat,” lanjutnya.
Konsumsi makanan yang gampang didapatkan, seperti almond, menawarkan pendekatan pro aktif dan berisiko rendah terhadap pencegahan penyakit dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang.
Cheng juga menambahkan, almond bisa menjadi camilan yang baik bagi mereka yang ingin mengurangi stres oksidatif. Namun, ia mengingatkan, bila almond juga tinggi kalori, sekitar 350 kalori per 60 gram.
“Jadikan almond sebagai camilan bukan pelengkap diet normal. Kami tidak ingin pasien obesitas atau diabetes mengalami kenaikan berat badan akibat camilan kaya kalori ini. Gantilah sekantong keripik dengan almond. Ini dapat membantu mencegah kerusakan sel,” tutup Cheng. (jie)