skrining stunting sejak anak usia 1 bulan
skrining stunting sejak anak usia 1 bulan

Penting, Skrining Stunting Dilakukan Sejak Usia 1 Bulan

Stunting anak masih menjadi tantangan kesehatan yang dihadapi keluarga Indonesia. Diperkirakan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Ini pentingnya skrining sejak awal kehidupan si kecil. 

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 medapati 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Stunting disebabkan oleh kombinasi berbagai hal, mulai dari rendahnya pemahaman, rendahnya pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin karena kesadaran masyarakat dan terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan, hingga pemerian nutrisi yang salah. 

Dr. Agnes Tri Harjaningrum, MsC, SpA, menjelaskan, “Kejadian stunting pada anak bahkan dapat dicegah sejak ibu hamil, lalu di 1000 hari pertama, harus diperhatikan betul asupan nutrisi dan pemantauan pertumbuhannya, karena jika sudah terlanjur stunting dan tidak diperbaiki di usia balita, dampaknya bisa berlanjut hingga dewasa.” 

Oleh karena itu, imbuh dr. Agnes, selain edukasi berkelanjutan mengenai dampak stunting, serta skrining berkala, penting juga memperhatikan asupan nutrisi yang tepat seperti konsumsi protein hewani harian yang cukup agar terhindar dari stunting. 

“Data menyebutkan stunting paling banyak terjadi pada anak di bawah dua tahun. Berat badan anak di bawah dua tahun tidak boleh mendatar. Berat dan tinggi badan harus diukur dan harus naik untuk mencapai pertumbuhan maksimal, sehingga pertumbuhan otak, kecerdasannya juga maksimal,” ujar dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), dari RSIA Bina Medika Bintaro, kepada OTC Digest.  

Skrining stunting dimulai satu bulan sejak bayi dilahirkan. “Skrining dilakukan setiap bulan pada anak di bawah 1 tahun, dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepalanya. Kita nilai apakah dia weight faltering (perlambatan tumbuh kembang / kenaikan berat badan tidak signifikan) ataukah ia naik baik-baik saja,” terang dr. Novi.

“Pada waktu mau masuk ke enam bulan, atau di bawah enam bulan tapi berat badan sudah naik tidak baik, dan tanda kesiapan makan sudah keluar, maka sudah boleh mulai diberikan MPASI,” tambahnya.  

Baca : Cegah Stunting, Dokter: Sudah Gak Zaman MPASI Cuma Satu Jenis Makanan

Berikut frekuensi skrining stunting yang disarankan : 

  1. 1 bulan sekali untuk anak usia 0–12 bulan
  2. 3 bulan sekali untuk anak usia 1–3 tahun
  3. 6 bulan sekali untuk anak usia 3–6 tahun
  4. 1 tahun sekali untuk anak usia 6–18 tahun 

Lantas bagaimana jika anak sudah mengalami stunting? “Ibu-ibu jangan takut jika anaknya dinyatakan mengalami stunting. Stunting bisa diobati, bawa ke dokter anak,” saran dr. Novi. 

Satu telur sehari

Sebagai upaya mendukung penurunan prevalensi angka stunting di Indonesia, Alfamart bersama Sarihusada meluncurkan program bersama bertajuk “Bantuan Nutrisi Untuk Anak Bangsa”. 

Peluncuran ini sejalan dengan program “Satu Telur Sehari” Alfamart selama enam bulan penuh di 24 lokasi di kota/kabupaten yang menyasar lebih dari 1.000 anak yang terindikasi stunting. Dengan pemberian telur kepada anak-anak yang terindikasi stunting diharapkan dapat membantu meningkatkan gizi mereka. 

Corporate Communications General Manager Alfamart, Rani Wijaya mengatakan, “2024 lalu Alfamart sukses menjalankan program satu telur sehari di 12 lokasi kota/kabupaten selama 3-6 bulan. Di tahun 2025, Alfamart akan menjalankan program ini lebih masif lagi dengan 24 lokasi menjadi fokus utama dalam membantu menurunkan prevalensi stunting pada anak. Ditambah dukungan dari Sarihusada berupa edukasi dan skrining gizi, ini akan memaksimalkan upaya kita bersama,” ujar Rani.

Corporate Communications Director Sarihusada, Arif Mujahidin, mengatakan, “Kolaborasi dengan Alfamart ini merupakan salah satu bentuk kontribusi multipihak untuk mendukung pemerintah menurunkan prevalensi stunting dan merupakan keberlanjutan dari program Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS) yang telah diinisiasi Sarihusada sejak 2023 lalu.” 

“Dengan adanya alat bantu skrining status gizi anak yang diharapkan dapat membantu untuk melihat status gizi anak dan mendeteksi lebih dini risiko stunting pada anak sehingga penanganannya lebih efektif,” pungkasnya. (jie)