Operasi Saraf Kejepit dengan Sayatan Kecil ‘BESS Plus’

Operasi Saraf Kejepit dengan Sayatan Kecil ‘BESS Plus’

Nyeri punggung akibat saraf kejepit, sakitnya jangan ditanya! Saraf kejepit tulang belakang atau istilah medisnya HNP (herniated nucleus pulposus) terjadi lantaran bantalan tulang belakang (diskus invertebralis) mengalami kerusakan hingga bengkak dan menonjol, sehingga menekan saraf di tulang belakang. Sebenarnya, operasi saraf kejepit untuk mengatasi keluhan ini sudah bisa dilakukan sejak lama, tapi masih banyak yang takut menjalaninya.

Mengapa bantalan tulang belakang bisa sampai rusak? Ternyata, penyebabnya cukup beragam. “Bisa karena beban berlebihan akibat aktivitas berat di luar kemampuan, cedera pada tulang belakang, usia, peradangan, dan lain-lain,” ungkap dr. Danu Rolian, Sp.B,S spesialis bedah saraf dari Sigma Brain and Spine Center, RS Jakarta, Kamis (9/8/2024)

 

Operasi Saraf Kejepit Tidak Lagi Menakutkan

Dulu, operasi saraf kejepit dilakukan secara bedah terbuka, sehingga tampak menakutkan. Operasi dilakukan untuk membuang jaringan bantalan tulang belakang yang menonjol hingga menekan saraf.

“Majunya teknologi tata  laksana low back pain memungkinkan dilakukan tanpa operasi terbuka seperti dulu. Bahkan dapat dilakukan hanya dengan sayatan kecil sehingga proses pemulihan pasca-operasi lebih cepat dan membantu mencegah atau menurunkan risiko terjadinya morbiditas,” tutur Dr. dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS, Subspes N-TB dalam kesempatan yang sama.

Ini dilakukan menggunakan endoskopi tulang belakang. Metode ini sekarang sudah bisa menjadi salah satu solusi untuk membebaskan saraf tulang belakang dari tekanan bantalan tulang belakang yang menonjol. 

Metode endoskopi tulang belakang pada generasi awal disebut PELD (Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy). Teknik ini menggunakan satu akses atau uniportal, yaitu membuat satu lubang saja untuk memasukkan alat endoskop. 

Seiring berkembangnya inovasi, ditemukanlah metode Biportal Endoscopic Spinal Surgery (BESS) yang dianggap sebagai penyempurna metode endoskopi sebelumnya. Pada BESS, digunakan dua akses portal (dua lubang). “Memang ada dua luka, tapi teknik ini memberikan visual yang lebih luas bagi dokter, dan lebih fleksibel,” jelas dr. Wawan. Akses untuk menyeberang dari satu sisi saraf ke sisi lain juga lebih mudah dan jelas. BESS sudah bisa dilakukan di banyak layanan kesehatan yang fokus pada tulang belakang.

BESS PLUS

Kini tengah dikembangkan teknik BESS PLUS di Sigma Brain and Spine Center, RS Jakarta. PLUS adalah singkatan dari Preservasi Ligamentum FlavUmS. Ligamentum flavum adalah ligamen yang menghubungkan tulang belakang, terdiri dari serat elastis dan kolagen.

Dijelaskan oleh dr. Danu, dulu ligamentum flavum dibuang. “Sekarang, dengan BESS PLUS, ligamentum flavum kita pertahankan sehingga risiko dura terluka akibat tindakan operasi, sangat minimal,” jelasnya. Dura adalah lapisan yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang.

Ia melanjutkan, pada teknik terdahulu tanpa mempertahankan ligamentum flavum, dura bisa robek, dan ada risiko luka bocor sehingga risiko infeksi lebih tinggi. “Kalau masih ada ligemantum flavum, tidak ada risiko ini,” imbuhnya.

Tak hanya itu. Dengan dipertahankannya dura, struktur tulang pun lebih stabil daripada bila tidak ada.  Selain itu, risiko terjadinya perlengketan antara dura dengan jaringan sekitarnya pun kecil.  “Dengan adanya ligamentum flavum, dura tidak akan kontak dengan lingkungan sekitarnya risiko terjadinya perlengketan pun kecil. Perlengketan adalah salah satu penyebab kambuhnya HNP,” jelas dr. Danu.

Teknik BESS PLUS dinilai lebih aman bagi pasien. “Prinsipnya, less is more. Makin sedikit jaringan normal yang dibuang, makin banyak keuntungannya bagi pasien. Risiko cedera pasca operasi tidak besar. Proses recovery lebih cepat, pasien cepat pulang dan bisa cepat beraktivitas normal kembali,” tuturnya.

Tim dokter spesialis bedah saraf di RS Jakarta menjadi pionir BESS PLUS.  Keberhasilan BESS PLUS dr. Danu dan tim dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-5 (Indonesian Neurospine Society/INSS) di tahun 2023 lalu. Studi bertajuk ‘One Year Clinical Outcome of Biportal Endoscopic Spine Surgery in Dealing with Lumbal Degenerative Spine Diseases’ ini dilakukan pada 145 pasien selama periode Agustus 2021-Juli 2022.

Kini, tak perlu lagi takut menjalani operasi saraf kejepit. Bila merasakan nyeri punggung yang tak kunjung hilang, atau rasa nyeri menjalar ke bagian tubuh lain, segeralah berkonsultasi ke dokter. Jangan dibiarkan berlarut-larut karena nyeri punggung akibat HNP bisa sangat mengganggu kualitas hidup. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Image by freepik