Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, kasus cacar monyet (monkeypox) saat ini sudah menyebar ke 12 negara di dunia. “Investigasi epidemiologis sedang berlangsung. Kasus yang dilaporkan, sejauh ini tidak ada hubungan dengan perjalanan ke daerah endemik,” bunyi keterangan resmi WHO.
Dari identifikasi, kasus diketahui menyebar di kalangan gay yang datang ke perawatan primer dan klinik kesehatan seksual. Di Madrid, Ibukota Spanyol, infeksi cacar monyet dikabarkan menyebar di Sauna Paraiso, tempat kaum gay berkumpul. Menurut Enrique Ruiz Escudero, pejabat kesehatan di Madrid, ada 21 kasus yang terkonfirmasi dan 19 kasus lainnya suspek.
Menurut WHO, berjangkitnya cacar monyet yang tak ada hubungan dengan perjalanan langsung ke daerah endemik, “Merupakan peristiwa yang tidak biasa.” Sampai 21 Mei 2022, penyakit ini telah berjangkit di 12 negara (92 kasus, dan 28 suspek masih diselidiki). Ke 12 negara (Australia, Belgium, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat -- bukanlah daerah endemik virus cacar monyet. Kasus terbanyak di Portugal, Spanyol dan Inggris (21-30 kasus), dan di negara lainnya hanya 1-5 kasus.
Kasus cacar air belum dilaporkan telah masuk ke Indonesia. Bagaimana pun, kita perlu waspada mengingat penyakit ini dapat berjangkit tanpa ada warga yang pernah melakukan perjalanan ke daerah endemik.
Gejala cacar monyet
Penyakit cacar monyet disebabkan virus monkeypox, yang masuk famili orthopoxvirus. Healthline melansir, gejala cacar monyet mirip cacar umumnya. Gejala muncul 5 - 21 hari setelah terinfeksi. Lesi yang terjadi bisa sangat gatal atau terasa nyeri.
Gejala awal:
- Demam
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Kelelahan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Demam diikuti ruam pada wajah, telapak tangan, mulut, mata, termasuk kornea dan alat kelamin. Ruam berkembang menjadi:
- Makula atau lesi datar
- Papula atau lesi sedikit terangkat
- Vesikel atau benjolan berisi cairan bening
- Pustula atau benjolan dengan cairan kekuningan
- Keropeng
Dua galur cacar monyet
WHO memprediksi, akan lebih banyak kasus dijumpai di daerah non-endemik. Menyebar di antara mereka yang kontak fisik dekat dengan yang bergejala.
Ada dua jenis (galur) cacar monyet. Galur Afrika Barat diketahui gejalanya lebih ringan, sementara galur Afrika Tengah (Kongo) lebih parah. Rasio kasus fatalitas galur Afrika Barat sekitar 1 persen, sedangkan galur Kongo 10 persen.
Anak-anak berisiko lebih tinggi. Pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi ke janin, sampai bayi lahir meninggal. Virus cacar monyet dikabarkan tidak sampai menyebabkan kematian. Sebenarnya sudah diberantas tahun 1980-an, dan sudah ada vaksinnya untuk pencegahan dan perlindungan.
Meski galur cacar monyet Afrika Barat lebih ringan, pada beberapa orang, gejalanya kadang lebih parah. Kabar baiknya, kedua galur cacar monyet ini dapat ini biasanya sembuh sendiri.
WHO terus menerima laporan dan memantau kasus cacar monyet melalui mekanisme pengawasan, yang ditetapkan (Integrated Disease Surveillance and Response) untuk kasus-kasus di negara endemik, yakni: Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Ghana (teridentifikasi hanya pada hewan), Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, Sierra Leone dan Sudan Selatan. (sur)