Diet apa lagi ini? Mungkin itulah yang terbersit di pikiran Anda saat membaca diet zona biru. Ini adalah pola makan yang dianut oleh penduduk di lima area berbeda di dunia, rata-rata masyarakatnya berumur panjang dan sehat.
Penuaan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Tetapi lingkungan juga berdampak pada seberapa cepat Anda menua, ini meliputi gaya hidup, diet, stres dan lingkungan sosial.
Penelitian tahun ini oleh tim dari University of Michigan menyatakan bila konsumsi satu porsi hot dog bisa mengurangi umur Anda 36 menit. Sebaliknya, konsumsi kacang satu porsi menambah usia sekitar 26 menit.
Tidak heran bila masyarakat di zona biru dikenal berumur panjang, 90 – 100 tahun, karena kacang-kacangan merupakan salah satu panganan yang biasa mereka konsumsi. Zona biru mengacu pada mereka yang hidup di Okinawa (Jepang), Icaria (Yunani), Sardinia (Itali), Nicoya (Costa Rica) dan Loma Linda (California).
Meskipun zona biru ini tersebar di seluruh dunia, pola makan dan gaya hidup mereka memiliki beberapa kesamaan. Penduduk di daerah tersebut cenderung lebih banyak berolahraga dan makan banyak sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian (jagung, gandum dan beras), umbi dan polong-polongan (buncis, kapri, kacang polong, kedelai).
“Makanan pokok mereka adalah sayur-mayur dan buah-buahan, biji-bijian utuh dan kacang-kacangan serta bisa menyertakan ikan. Daging dikonsumsi hanya pada kesempatan tertentu, ujar Karen Mornin, Clinical Instructor of Land and Food Systems, University of British Columbia.
Masyarakat tersebut rata-rata mengonsumsi daging hanya lima kali dalam sebulan, sementara ikan satu hingga dua kali seminggu. Mereka juga mengonsumsi keju susu domba atau keju susu kambing, tetapi sangat sedikit gula, dan hampir tidak ada makanan olahan.
Pola makan penduduk zona biru ini memberikan rasa kenyang lebih lama, dibandingkan makanan modern. Tak heran penduduk di zona biru bisa menjaga berat badan mereka.
Riset tahun 2016 membandingkan makanan dengan sumber protein nabati vs hewani menemukan bahwa rasa kenyang lebih tinggi setelah makan kacang-kacangan seperti kacang-kacangan dan kacang polong daripada daging. Studi ini dimuat di jurnal Food Nutrition & Research.
Dan Buettner penulis Blue Zones cookbook mengatakan, “Semakin banyak orang bisa makan makanan utuh dan pola makan nabati akan semakin baik nantinya.”
Meskipun diet ini memiliki kesamaan dengan diet Mediterania, diet ini kurang menekankan pada makanan laut. “Diet Zona Biru bertujuan untuk lebih dari sekadar makan, tetapi juga berfokus pada cara hidup yang mendorong hubungan dan gerakan sosial,” imbuh Buettner.
Pangkas risiko penyakit jantung
Diet zona biru ini menjauhkan dari penyebab kematian terbanyak di dunia – penyakit jantung dan pembuluh darah.
Riset menunjukkan ketika dipadukan dengan olahraga intensif, pola makan berbasis tanaman yang dijalankan dalam Lifestyle Heart Trial terjadi pembalikan penyakit jantung.
Dalam studi tersebut partisipan mengonsumsi makanan vegetarian dengan lemak sangat rendah (lemak hanya merupakan 10-40% dari total kalori) yang terdiri atas sayur-mayur, buah, biji-bijian utuh dan legume (polong-polongan) dengan sedikit produk olahan susu non-lemak.
“Ini menunjukkan, makanan dengan kadar lemak rendah maupun makanan dengan kadar lemak tinggi menurunkan risiko CVD—jika keduanya berasal dari tanaman,” terang Mornin, melansir The Conversation.
Mornin juga menyarankan konsumsi polong-polongan setidaknya empat porsi seminggu. The American Journal of Clinical Nutrition mencatat bila empat porsi legumes setiap pekan menurunkan risiko penyakit jantung sebesar 14%.
“Setiap pekan kita sebaiknya makan tiga sampai empat porsi—kacang hitam (kacang penyu), kacang arab (garbanzo beans), kacang merah, kedelai, miju-miju atau kacang polong kering. Satu porsi sama ukurannya dengan tiga perempat cangkir legumes yang dimasak,” pungkas Mornin. (jie)