Pagebluk global COVID-19 telah membuat perawatan kanker terganggu. Hal ini berdampak buruk karena kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda. Padahal walau dalam pandemi, pasien kanker tetap harus konsultasi dokter dan tidak menunda pengobatan.
Oleh karena itu, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bersama AstraZeneca meluncurkan aplikasi PULIH (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses terapi kanker.
PULIH merupakan aplikasi yang menyediakan layanan digital terintegrasi yang memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengakses program bantuan pasien, pengingat jadwal minum obat, dan materi edukasi seputar penyakit, pengobatan dan isu kesehatan lainnya.
Direktur AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri mengatakan, “Kanker membutuhkan deteksi dan penanganan sedini mungkin agar meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker. Dengan kerjasama ini, kami optimis dapat membantu pasien kanker dan anggota keluarganya untuk tetap mendapatkan penanganan kanker agar pengobatan dapat berhasil.”
“Pandemi tidak seharusnya menghalangi penanganan kanker, karena setiap harinya pasien kanker berlomba dengan waktu untuk mengalahkan kanker, terutama kanker paru yang saat ini sangat rentan tertular COVID-19 dan mengalami komplikasi berat.”
Ketua YKI, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan kesinambungan dalam perjalanan pengobatan kanker itu amat penting, dan pemanfaatan teknologi digital merupakan langkah strategis.
“Layanan digital sangat membantu pasien kanker, terlebih selama pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan dan perhatian terhadap penanggulangan kanker,” kata Prof. Aru dalam peluncuran aplikasi PULIH, secara daring, Rabu (28/7/2021).
YLKI berharap aplikasi PULIH juga dapat mendorong masyarakat untuk menyadari dalam melakukan deteksi dini kanker, termasuk pada kanker paru, guna mencegah ditemukannya kanker pada stadium lanjut.
Aplikasi PULIH saat ini sudah tersedia dan bisa diunduh di Google Playstore.
Kanker paru di Indonesia
Data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020 mencatat jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia meningkat 8,8% menjadi 34.783 kasus atau menempati peringkat ketiga.
Sementara itu, jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar pasien terdiagnosa pada stadium lanjut.
Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin PhD, SpP(K) mengatakan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru.
Masyarakat perlu menghindari faktor risiko kanker paru dan mengetahui gejala kanker paru sehingga apabila merasakan beberapa gejala tersebut, perlu segera melakukan konsultasi kepada dokter agar bisa terdiagnosa lebih cepat.
Lebih dari itu, imbuh Prof. Elisna, pasien yang sudah terdiagnosa harus mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya karena kanker paru berkembang dengan cepat.
“Masa pandemi tidak menyebabkan pasien harus berhenti melakukan pemantauan terlebih melanjutkan terapi,” tegasnya.
Stephen Chou, seorang penyintas kanker baru, menjelaskan selama pandemi ini, akses ke fasilitas kesehatan terdapat kendala terutama karena di RS terdapat banyak pasien dari berbagai penyakit berkumpul sehingga menimbulkan rasa was-was.
“Padahal, saya sebagai penyintas kanker paru membutuhkan pemeriksaan dan konsultasi ke dokter secara rutin. Kemudian akses mendapatkan obat juga tidak boleh berhenti demi tetap mempertahankan kondisi dan menghindari progresi penyakit,” katanya.
Stephen berharap adanya aplikasi PULIH ini dapat membantu pasien kanker untuk mendapatkan akses lebih mudah terhadap pengobatan terapi kaner di masa pandemi. (jie)