Sebanyak 67 pemudik dari Sumatera yang akan kembali ke Pulau Jawa reaktif Covid-19. Ini diketahui di titik penyekatan, saat petugas melakukan tes swab antigen secara random terhadap para pemudik. “Dari 5.200 pemudik yang melintas di 7 titik penyekatan, 67 pemudik dinyatakan reaktif Covid-19,” ujar Asops Kapolri Inspektur Jenderal Polisi Imam Sugianto kepada wartawan, Rabu 19 Mei 2021.
Jumlah mereka yang reaktif hampir pasti bertambah, mengingat ada sekitar 400 ribu pemudik lagi dari Sumatera yang akan balik ke Jawa. Ke 67 pemudik yang dinyatakan reaktif, wajib menjalani pemeriksaan lanjutan dengan swab PCR Covid-19, untuk memverifikasi hasil pemeriksaan swab antigen di posko penyekatan. Irjenpol Imam meminta para pemudik melengkapi surat bebas Covid-19, untuk mencegah penularan Covid-19 pasca lebaran.
Arus balik pemudik yang reaktif Covid-19, sudah diperkirakan banyak pihak. Saat mudik – menuju atau kembali dari kampung halaman – berarti telah melanggar protokol kesehatan (prokes), yakni berkerumun dan bepergian. Pelanggaran prokes yang dilakukan oleh begitu banyak orang di berbagai daerah, di Jawa dan luar Jawa, membuat situasi rentan dan sangat berisiko menaikkan jumlah kasus Covid-19. Situasi rawan diperkirakan akan terjadi sekitar 2 minggu usai libur panjang Idul Fitri 1442H.
Situasi sangat rawan, karena menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berdasar survei mudik Lebaran 2021, sebanyak 7 persen atau 18 juta masyarakat Indonesia tetap mudik untuk menyambut Hari Idul Fitri 2021. “Survei kami lakukan secara sistematis, mulai dari kalau tidak ada larangan, berapa yang akan mudik. Ternyata 33 persen berniat mudik. Kalau ada larangan mudik, 11 persen tetap akan mudik. Setelah benar-benar ada pelarangan turun menjadi 7 persen, atau 18 juta orang,” kata Menhub Budi.
Wajar bila kota- kota besar yang menanti warganya kembali dari mudik, melakukan berbagai antisipasi. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta siap menghadang lonjakan penularan Covid-19. Ada berbagai kebijakan, di antaranya pemeriksaan terhadap warga yang baru mudik, sampai persiapan di rumah sakit. Akan dilakukan 2 lapis skrining.
“Yang pertama, skrining atau penyaringan sebagai langkah awal. Apakah ada warga yang harus mendapat penanganan khusus, seperti karantina atau isolasi mandiri di rumah,” ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Skrining pertama dilakukan di pintu-pintu masuk ke wilayah DKI Jakarta. Semisal di pintu masuk tol dan jalan arteri menuju Jakarta. Skrining dilakukan dengan rapid test antigen. Kedua, melakukan skrining di lokasi tempat tinggal. “Di lingkungan RT/RW, petugas melakukan tes Covid-19 terhadap warga yang baru pulang mudik,” ujar Gubernur Anies, Senin 17 Mei 2021.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menambahkan, selain melakukan skrining, rumah atau tempat tinggal warga yang baru pulang mudik akan ditempeli stiker. "Stiker itu sebagai penanda agar para tetangga tahu, bahwa penghuni rumah berstiker itu baru pulang mudik.” kata Wagub Riza.
Dengan penanda stiker, diharapkan warga lebih berhati-hati terhadap potensi penyebaran Covid-19. Selama masa inkubasi, warga perlu menjaga jarak dan mengurangi kontak dengan mereka yang baru kembali dari kampung halaman atau luar kota.
Sikap hati-hati dan waspada, memang, jangan sampai kendor. Di Ciledug, Kota Tangerang, Banten, dari 34 orang yang baru mudik 3 orang dinyatakan reaktif Covid-19. “Mereka satu keluarga – ayah, ibu dan anak – yang pulang mudik ke Banten,” kata Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Pol Deonijiu de Fatima, Selasa 18 Mei lalu. Ketiga orang itu menjalani karantina mandiri, dan dilakukan tes PCR untuk menperoleh hasil yang lebih akurat. Beruntung satu anak dalam keluarga itu dinyatakan negatif.
Sebagai antisipasi kalau sampai terjadi lonjakan kasus, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyiapkan fasilitas kesehatan. "Mulai hari Senin 17 Mei 2021, kami siapkan 6.633 tempat tidur isolasi dan 1.007 fasilitas ICU," katanya.
Saat ini, tempat tidur isolasi -- Alhamdulillah -- hanya terisi 26 persen dan ICU terisi 34 persen. Klaster yang paling diantisipasi DKI Jakarta, adalah klaster mudik, yang berpotensi muncul dua minggu setelah puncak arus balik berakhir. "Kami mewaspadai klaster ini," kata Widyastuti. (sur)