Gangguan tidur semakin banyak dialami selama pandemi. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk memperbaiki kualitas tidur, antara lain dengan mengonsumsi herbal-herbal tertentu.
Tidur yang cukup adalah salah satu sarat utama (selain nutrisi dan olahraga teratur) untuk menjaga kesehatan. Kualitas tidur terganggu memicu berbagai hal, misalnya masalah psikologis seperti peforma menurun, waktu reaksi yang melambat, risiko depresi).
Hingga penyakit kronis seperti hipertensi, obesitas, risiko diabetes dan penyakit jantung meningkat, dan menurunnya sistem imun.
Saat ini banyak dicari zat untuk meningkatkan kualitas tidur. Herbal-herbal tertentu dikenal bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tidur.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si menjelaskan, “Ada 3 herbal yang sudah banyak uji klinisnya yang dikenal efektif membantu memperbaiki kualitas tidur, yakni passion flower, akar valerian dan jahe. Selain itu ada bunga lavender, chamomile, rosemary, hawthorn dan pala.”
Passion flower
Bunga yang punya nama latin Passiflora incarnata ini bekerja dengan meningkatkan kadar asam gamma-amonibutyric (GABA) di otak yang berfungsi menurunkan over-aktivitas otak.
GABA punya sifat menenangkan dan sedatif, serta membantu mengatasi ketegangan saraf dan otot. Efeknya pikiran menjadi lebih rileks dan kualitas tidur membaik.
Jurnal International Clinical Psychopharmacology 2020) mencatat ekstrak passion flower meningkatkan total waktu tidur, efisiensi tidur dan memperbaiki wake after sleep onset (WASO) secara signifikan. Peneliti menyimpulkan passion flower bermanfaat pada gangguan insomnia.
“Tetapi hati-hati adanya interaksi obat dengan obat penenang dan obat anti-depresi (MAO inhibitor). Untuk pemakaian jangka panjang adalah setiap 2 minggu beri jeda 2 hari, demikian seterusnya,” terang dr. Inggrid, dalam peluncuran Antangin Good Night, Rabu (19/3/2021), sembari menjelaskan bila herbal ini biasa dikonsumsi sebagai teh.
Akar valerian
Herbal ini mengandung asam valerenat, asam isovalerat dan antioksidan yang membantu menenangkan pikiran dan membuat tidur lebih nyenyak. Umumnya masyarakat mengonsumsi seduhan akar valerian atau ekstrak valerian yang sudah tersedia dalam bentuk kapsul, kaplet atau cairan.
Sama halnya dengan passion flower, kandungan minyak atsiri akar valerian menekan aktivitas sistem saraf pusat (GABA), juga punya efek hipotensif (menurunkan tekanan darah dan denyut jantung).
“Tetapi pada orang yang sensitif terhadap kandungan valepotriates (senyawa kimia alami valerian) dapat terjadi efek paradoks, yakni efek stimulant. Alih-alih menjadi mengantuk, justru membuat badan lebih segar,” kata dr. Inggrid.
Waspadai adanya interaksi dengan obat penenang, alkohol, obat anti-ansietas dan antikejang (benzodiazepine, barbiturate). Bisa menimbulkan kontra-indikasi bila sedang terinfeksi herpes simpleks. Kandungan arginine yang tinggi dalam valerian akan memfasilatasi replikasi virus.
Jahe
Herbal yang banyak terdapat di Indonesia ini punya cara kerja sebagai antispasmodik (melemaskan otot yang tegang), antinyeri, antiradang, termogenik, dll.
Drs. Victor S. Ringoringo, SE. MSc, selaku Chief Business Development and R&D PT Deltomed Laboratories menjelaskan, pada orang yang mengalami gangguan tidur, sering mengalami gejala masuk angin.
“Kembung, mual, mutah adalah gejala masuk angin yang banyak dialami mereka dengan gangguan tidur. Jahe membantu mengatasi gejala-gejala tersebut, sekaligus akan menghangatkan badan,” katanya.
Hasil uji in vitro terhadap kandungan senyawa seskuiterpen dalam jahe menunjukkan bila jahe memiliki aktivitas anti rhinovirus penyebab selesma (commond cold) atau masuk angin.
Kombinasi passion flower, valerian dan jahe dapat dikomsumsi secara aman untuk meningkatkan total waktu tidur, memperbaiki kualitas tidur, serta mencegah dan mengatasi efek buruk kurang tidur, seperti masuk angin dan penurunan imunitas.
“Tetapi tidak disarankan untuk ibu hamil. Demikian pula pada ibu menyusui karena ditakutkan akan mempengaruhi aroma ASI,” pungkas Victor. (jie)
Baca juga : Gangguan Tidur Coronasomnia Semakin Banyak Dialami Selama Pandemi, Bagaimana Mengatasinya?