Riset American Diabetes Association pada tahun 2019 yang melibatkan 5000 penyandang diabetes (diabetesi) mengungkap pentingnya peran keluarga, teman dan kerabat dalam meningkatkan kesejahteraan dan manajemen diri para diabetesi.
Anggota keluarga punya peran dan tanggung jawab khusus dalam pengelolaan penyakit diabetes. Keluarga dapat memberi berbagai bentuk dukungan langsung, seperti membantu menyuntik insulin, serta dukungan sosial dan emosional dalam membantu diabetesi menjalani kehidupan sehari-hari.
Keluarga juga berpengaruh signifikan pada kesejahteraan psikologis penderita diabetes, menberi dukungan dalam penerapan pola makan, olahraga dan rekomendasi perawatan medis bagi diabetesi.
Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, MKes, SpPD, K-EMD, FINASIM, Ketua PERSADIA mengatakan keluarga perlu mendorong pendertia diabetesi agar tetap aktif secara fisik, berolahraga sesuai kemampuan, mengonsumsi obat secara rutin sesuai petunjuk dokter dan mematuhi pola makannya dengan teratur dan disiplin.
Selain itu, keluarga dan pengasuh perlu secara rutin memeriksa dan mencatat gula darah penyandang diabetes untuk mengetahui pola-polanya. Dengan demikian, dapat diketahui apakah perawatan diabetes yang dilakukan sudah sesuai atau perlu ada perubahan.
Lebih jauh Executive Committee Member IDF Western Pacific Region, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE, menjelaskan anggota keluarga membutuhkan pengetahuan dasar tentang penyakit diabetes, strategi mengubah rutinitas, serta bagaimana membangun kemandirian diabetesi agar tidak tergantung pada orang lain.
“Keluarga atau caregiver harus mampu berada di depan melatih gaya hidup baru pada diabetesi, sekaligus berada di samping sebagai partner dalam mengubah gaya hidup, serta dari belakang menjadi pendorong motivasi diabetesi untuk patuh dan disiplin,” terang Prof. Sidartawan.
Misalnya saat menyusun pilihan beragam makanan sehat, sehingga membantu memastikan diabetesi mendapatkan jumlah protein, lemak, dan karbohidrat yang tepat, serta terhindar dari kebosanan.
Tak kalah penting bagi penderita diabetes untuk bersama-sama teman atau keluarga menjalani gaya hidup lebih sehat. Agar penyandang diabetes tidak merasa sendirian, temani saat mengunjungi dokter, berolahraga bersama mereka, termasuk ikut hadir dalam kelompok pendukung diabetes.
Bergabung dengan kelompok pendukung diabetes memberikan kesempatan bagi keluarga untuk belajar memberi dukungan yang tepat dalam mengatasi dampak fisik maupun psikologis penyakit diabetes.
Didiagnosis menyandang diabetes memang bisa menjadi beban pikiran karena ada risiko komplikasi yang bisa terjadi. Prof. Sidartawan mengatakan, diabetesi akan cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya komplikasi yang bisa berdampak fatal seperti lumpuh, buta atau bahkan meninggal dunia.
Keluarga, teman dan kerabat memiliki peran penting mendukung diabetesi secara konsisten untuk terus positif dan menghindari pikiran-pikiran negatif. (jie)
Baca juga : Bagaimana Mengelola Diabetes Selama Pandemi?