Penyebaran virus corona (COVID-19) diketahui sangat cepat. Wabah COVID-19 hingga saat ini tercatat sudah mengenai lebih dari 89.000 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 3000 kasus kematian. Penting untuk melakukan pencegahan penularan, selain dengan cuci tangan, Anda juga harus berhenti merokok.
Akhirnya Indonesia akhirnya tidak lagi bebas corona. Pada Senin (2/3/2020) lalu dikabarkan 2 WNI terkonfirmasi positif COVID-19. Virus ini menyerang saluran napas, hingga menyebabkan peradangan paru (pneumonia).
Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan, sebagian besar pasien COVID-19 meninggal karena gagal napas setelah mengalami pneumonia berat.
Sebagaimana diketahui, COVID-19 menular antara lain melalui droplet (percikan saluran napas) yang dihasilkan saat tertawa, bicara, batuk atau bersin. Bersin memproduksi sampai 40.000 droplet yang akan terevaporasi menjadi partikel yang lebih kecil dengan diameter 0,5 -12 µm. Ketika batuk atau bicara selama 5 menit akan menghasilkan sekitar 3000 droplet.
Dr. dr. Erlina Burhan, Msc, Sp.P(K), dari Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjelaskan droplet tidak bisa menempel dan berkembang biak di sembarang bagian tubuh manusia.
“Ia hanya bisa menempel di bagian tubuh yang ada reseptor ACE 2 (angiotensin-converting enzyme 2). Reseptor itu ada di saluran napas dan saluran cerna,” terang dr. Erlina.
Di satu sisi sebagaimana sudah dipahami bersama bahwa merokok akan melemahkan sistem imun tubuh, terutama di saluran napas.
Saluran napas sejatinya memiliki mekanisme pertahanannya sendiri, yakni melalui mucociliary clearance mechanism. Ini adalah sistem pembersihan alamiah saluran napas. “Kalau ada benda asing yang masuk ke saluran napas, tubuh memiliki sistem pembersihan dengan batuk atau bersin,” terang dr. Erlina.
Stop merokok
Jumlah perokok di Indonesia tergolong tinggi; 69% laki-laki dewasa merokok. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok pada penduduk usia 18 tahun dari 7,2% (Riskesdas 2013) menjadi 9,1%.
Merokok diketahui berdampak buruk pada kesehatan saluran napas. Dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2018) dijelaskan asap rokok menyebabkan perubahan respons imun di saluran napas, memicu peradangan, alergi, asma dan penyakit paru lainnya.
Peneliti menyoroti ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan yang dihasilkan dari paparan tembakau menyebabkan stres oksidatif. Ini mengakibatkan peningkatan peradangan mukosa (sel yang melapisi dinding saluran napas) dan meningkatkan produksi sitokin peradangan – seperti interleukin (IL)-8, IL-6 dan faktor nekrosis tumor α (TNF- α).
Efek langsungnya adalah terjadi peningkatan produksi lendir berlebih, gangguan pembersihan mukosiliar, dll.
“Asap rokok akan melumpuhkan sistem mucociliary clearance. Kalau sistem pembersihannya lumpuh semuanya (virus, bakteri, jamur, dll) bisa masuk,” tegas dr. Erlina.
Berhenti merokok bisa menjadi langkah bijak pencegahan infeksi COVID-19 yang sudah ada di tengah-tengah kita. (jie)
Baca juga : Bagaimana Mekanisme Sistem Imun Tubuh Melawan Virus