Cabai memiliki banyak bentuk, warna dan ukuran, tetapi satu hal yang mereka miliki satu kesamaan adalah sensasi pedas ‘terbakar’ yang ditimbulkannya di mulut, mata, dan bagian tubuh lainnya yang terkena cairan cabai.
Meskipun kebanyakan orang berpikir bahwa bagian cabai yang paling pedas adalah bijinya, tetapi sebenarnya adalah lapisan sepon putih di dalamnya, yang disebut plasenta. Cobalah gigit, dan Anda benar-benar akan merasakan terbakar.
Sensasi terbakar itu terutama disebabkan oleh bahan kimia alami cabai yang disebut capsaicin, yang ditemukan di kelenjar kecil di plasenta cabai.
Di balik rasa pedas cabai, riset menyatakan bila menyatap masakan pedas mampu menurunkan risiko kematian. Studi ini dilakukan pada lebih 485.000 orang China, dalam kurun waktu tahun 2004 - 2008.
Selama kurun waktu studi skala besar ini (Chinese Health Study), peneliti mengevaluasi catatan medis, usia, edukasi, penderita diabetes, rokok dan variabel-variabel lain. Tercatat ada 20.224 kematian selama penelitian berlangsung.
Tim menemukan bahwa mereka yang menyantap makanan pedas (terutama berbahan cabai merah) antara yang 1-2 porsi seminggu risiko kematian secara umum berkurang hingga 10%. Sementara itu konsumsi masakan pedas 6-7 porsi seminggu risiko kematian turun hingga 14%.
Rerata serangan jantung, gangguan napas dan kanker turun pada penyuka makanan pedas. Tim peneliti menengarai kandungan capsaicin, senyawa utama dalam cabai merah, bertanggungjawab memberikan efek antioksidan dan anti peradangan.
Dalam penelitian yang lain telah dibuktikan bahwa capsaicin bisa membantu memerangi kanker prostat. The American Association for Cancer Research memaparkan bahwa capsaicin mampu membunuh sel kanker. Caranya dengan mengurangi ekspresi protein yang mengontrol pertumbuhan gen pemicu sel kanker.
“Kami membutuhkan lebih banyak bukti, terutama dari studi klinis untuk memverifikasi penemuan ini,” papar dr. Lu Qi, associate professor di Harvard T.H. Chan School of Public Health. Studi ini telah dipublikasikan dalam the British Medical Journal 2015 lalu.
Dalam studi lain yang mengacu pada penelitian dr. Lu Qi ini ditemukan hasil yang mirip. Penelitian dilakukan pada 16.179 orang Amerika. Setelah memilah-milah usia, jenis kelamin, merokok, tekanan darah, kolesterol dan faktor lain, peneliti menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi cabai merah 13% berisiko lebih rendah meninggal di usia muda. Studi yang dilakukan oleh Mustafa Chopan, dkk, ini dimuat dalam jurnal ilmiah PLoS ONE. (jie)