Ceri dapat meredakan nyeri sendi lutut akibat osteoarthritis (OA). Tampaknya kabar ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Osteoarthritis atau radang sendi adalah proses degeneratif alamiah yang akan dialami setiap orang.
Bantalan dalam tempurung lutut seiring waktu akan tergerus, menyebabkan tulang saling bergesek. Terjadi peradangan di sendi dan menimbulkan nyeri. Biasa dialami oleh mereka yang lanjut usia.
Rahasianya ada di balik pigmen merah terang pada buah ceri yang diketahui sebagai antioksidan sekaligus memiliki manfaat antiperadangan (anti-inflammatory properties).
Dalam satu porsi penyajian (10 buah ceri) terkandung vitamin A yang memenuhi 17% kebutuhan harian, vitamin C (12% rekomendasi harian), mensuplai 3% potasium, 2% kalsium dan serat sampai 4% kebutuhan harian.
Skor ORAC (tes pengukuran kadar antioksidan) ceri merah menunjukan nilai 670, ini lebih tinggi dari tomat (189) dan apel (218) – yang keduanya terkenal kaya antioksidan antikanker.
Senyawa fitokimia lain berupa quercetin, karotenoid, melatonin, hydroxyl-cinnamates dan antosianin. Melatonin diketahui membantu melawan racun dalam tubuh, dan pigmen antosianin di dalamnya diketahui adalah senyawa kimia yang paling menonjol dari satu buah ceri. Antosianin memiliki efek antiperadangan yang kuat.
Muraleedharan Nair, seorang dosen produk kimiawi alami di Michigan State University, memasukkan antosianin ke tabung percobaan bersama-sama enzim-enzim yang mengakibatkan peradangan. Ia ingin melihat apakan pigmen-pigmen ini mampu menghentikan aksi dari enzim tersebut.
Kemudian Ia membandingkannya dengan obat pereda sakit seperti aspirin dan ibuprofen. Hasilnya didapatkan ceri merah memiliki lebih banyak efek antiperadangan. Faktor ini membuat buah ceri dianggap mampu mengatasi nyeri osteoarthritis.
Riset lain dilakukan oleh ahli dari Oregon Health and Science University, melibatkan 20 wanita berusia 40-70 tahun yang menderita osteoartritis. Studi ini dipresentasikan dalam the American College of Sports Medicine Conference (ACSM) di San Francisco, California.
Peneliti menemukan bahwa mengonsumsi jus ceri dua kali sehari selama tiga minggu menurunkan senyawa penanda inflamasi (inflammation markers), terutama pada partisipan yang di awal studi telah memiliki marker inflamasi yang tinggi.
Bahkan bermanfaat untuk atlet
Menurut the Arthritis Foundation, OA adalah salah satu jenis arthritis yang paling bisa dicegah. Dan atlet adalah kelompok orang yang paling berisiko mengalami OA lebih cepat karena “kerja paksa” yang dilakukan sendi lutut.
Kerry Kuehl, MD, MS, pemimpin studi ini menjelaskan atlet bisa mendapatkan manfaat antiperadangan buah ceri dalam bentuk ceri kering, beku atau jus. Dalam penelitian tersebut didapatkan atlet lari jarak jauh yang minum jus ceri selama latihan mengalami lebih sedikit nyeri sendi setelah latihan dibanding atlet yang tidak mendapatkan jus ceri.
Studi tahun 2013 lalu mendapati jus ceri meredakan gejala pada 68 penderita OA non diabetes yang diujikan selama enam minggu. Partispan secara acak diminta mengonsumsi dua botol (@ 8 ons) jus ceri per hari. Dilakukan pengukuran skor WOMAC (Western Ontario McMaster Osteoarthritis Index) dan tes lama jalan kaki. Demikian juga memonitor kadar asam urat dalam darah, kreatinin dan protein –C sebelum dan sesudah eksperimen.
Tim peneliti dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat menyimpulkan, jus ceri menurunkan tingkat sensitifitas reaktif protein – C (high sensitivity C-reactive protein / hsCRP) dalam plasma darah.
Penurunan level hsCRP ini diasosiasikan dengan peningkatan kemampuan lama berjalan (dalam tes jalan) dan berkurangnya nyeri dan pembengkakan sendi lutut. Baylor Research Institute menambahkan satu dosis / porsi jus ceri sehari mampu mengurangi nyeri OA sampai 20% pada kebanyakan orang. (jie)
Baca juga : Ceri Merah Bisa Menjadi “Obat Manis” Untuk Nyeri Asam Urat