Soomi Lee, University of South Florida; David M. Almeida, Pennsylvania State University; Orfeu M. Buxton, Pennsylvania State University, dan Ross Andel, University of South Florida
Jika Anda pekerja, apakah evaluasi kinerja Anda belakangan kurang prima? Apa Anda sering melamun atau membuat keputusan yang buruk?
Masalah ini mungkin tidak berkaitan dengan pekerjaan Anda, tetapi dengan tidur Anda. Dan ini tidak sepenuhnya salah Anda.
Masing-masing dari kami meneliti tentang kesehatan dan proses penuaan. Sebuah penelitian yang baru kami lakukan menemukan bahwa tidur yang buruk dapat menghambat kemampuan penilaian dan menyebabkan Anda tidak fokus pada pekerjaan. Memprioritaskan tidur dapat meningkatkan kemampuan kognitif di tempat kerja.
Kurang tidur, kurang konsentrasi
Dengan menggunakan data buku harian delapan hari dari sampel 130 pekerja paruh baya di sebuah perusahaan teknologi dan informasi di Amerika Serikat, kami menemukan bahwa karakteristik tidur malam sebelumnya dapat memprediksi “gangguan kognitif”, hari berikutnya, atau menimbulkan pikiran-pikiran yang mengganggu dan membuat tidak fokus pada pekerjaan.
Untuk mengukur ini, kami menggunakan skala frekuensi dengan rentang 5 poin (0 = tidak pernah sampai 4 = sangat sering) dan menghitung rata-rata tanggapan pada sembilan hal yang mengukur munculnya pikiran yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dan juga mengganggu. Salah satu contoh pertanyaannya adalah “Seberapa sering Anda memiliki pikiran yang terus-menerus muncul di benak Anda hari ini?”
Pada hari-hari ketika para pekerja ini mengalami tidur yang lebih pendek dan kualitasnya lebih buruk dari biasanya, mereka melaporkan lebih banyak gangguan kognitif. Pada seluruh partisipan, kurang tidur 16 menit dari biasanya berakibat satu poin lebih tinggi pada skala gangguan kognitif pada hari berikutnya.
Para partisipan juga melaporkan bahwa setelah mengalami lebih banyak gangguan kognitif pada hari tertentu, mereka akan pergi tidur lebih awal dan bangun lebih awal dari biasanya akibat kelelahan.
Hubungan antara tidur pada malam sebelumnya dan gangguan kognitif pada hari berikutnya lebih nyata terlihat pada hari kerja dan kurang terlihat pada hari libur. Mungkin peserta memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengalami gangguan kognitif dan lebih sedikit kesempatan untuk tidur selama hari kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa mengoptimalkan tidur berkualitas akan menghasilkan kinerja kerja yang lebih efektif.
Dari hasil penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa kurang tidur dapat mengurangi produktivitas kerja. Penelitian eksperimental berbasis laboratorium sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurang tidur, seperti membatasi durasi tidur hingga empat atau lima jam memiliki efek negatif pada kinerja dalam tes kognitif.
Namun, penelitian yang mengamati hubungan antara tidur dan fungsi kognitif dalam kehidupan sehari-hari masih kurang dilakukan. Penelitian kami menambahkan bukti empiris bahwa kurang tidur di malam hari sebelum bekerja akan mengakibatkan proses mental dan pengambilan keputusan yang lebih lambat dan secara potensial meningkatkan peluang untuk melakukan kesalahan.
Kurang tidur, banyak stres
Dalam karya kolaboratif sebelumnya, saya (Soomi Lee) juga menemukan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan lebih banyak stres dan mendatangkan banyak konflik yang dialami di hari berikutnya. Seorang partisan yang tidurnya lebih singkat dan kualitas tidurnya juga buruk melaporkan konflik kerja dan keluarga yang lebih tinggi daripada biasanya.
Setelah peserta mengalami kekurangan tidur, mereka melaporkan lebih sedikit waktu untuk diri mereka sendiri untuk berolahraga dan juga lebih sedikit waktu untuk anak-anak mereka.
Data untuk kedua penelitian ini berasal dari penelitian yang lebih besar disebut Work, Family & Health Study (Studi Pekerjaan, Keluarga, & Kesehatan), yang dirancang untuk meneliti perusahaan dalam sektor Teknologi Informasi dan rumah jompo di berbagai tempat.
Kedua penelitian ini menggunakan sampel pekerja, yang mewakili tenaga kerja dengan tingkat keahlian tinggi dan berpenghasilan tinggi. Pekerja di sektor pekerjaan ini cenderung bekerja berjam-jam dan memiliki batasan yang tidak terlalu jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Adanya kerja lembur, seringnya panggilan telepon setelah jam kerja, pengiriman surel terkait pekerjaan di larut malam, dan rapat di awal hari, seperti rapat jam 7 pagi atau 8 pagi, dapat mengganggu tidur mereka.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tidur pekerja dapat mempengaruhi kinerja pekerjaan dalam berbagai cara, seperti pada proses pengambilan keputusan dan pemikiran yang mengganggu konsentrasi. Keluhan tidur lazim ditemukan pada populasi orang dewasa, terutama di kalangan pekerja. Sekitar 40% pekerja di Amerika Serikat melaporkan gejala insomnia. Gejala-gejala ini dapat mengganggu fungsi harian pekerja paruh baya ini dalam berbagai cara. Maka, memperhatikan kesehatan tidur tampaknya penting bahkan pada kehidupan karier yang sukses.
Sejalan dengan itu, para atasan juga perlu melakukan upaya untuk mempromosikan kualitas tidur atau setidaknya mereka secara sistematis tidak mengganggu tidur karyawan mereka. Tidur yang nyenyak dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi stres di tempat kerja.
Beberapa tips terkait tidur
Untuk memperbaiki kualitas tidur, perlu adanya tindakan dari individu dan organisasi. Perusahaan dapat menciptakan dan mendukung budaya yang meminimalkan aktivitas pekerjaan yang mengganggu tidur, seperti panggilan telepon yang terkait dengan pekerjaan di luar jam kerja, mengurangi perasaan berkewajiban untuk menanggapi surel setelah jam kerja, dan rapat pagi-pagi sekali.
Karyawan secara individual juga dapat membangun rutinitas tidur yang baik dan mengikutinya setiap hari. Sebagai contoh, mereka perlu mematikan ponsel dan mengabaikan email setelah jam tertentu, setelah jam 9 malam misalnya, untuk membuat diri berada pada mode santai sebelum tidur dan tidur selama setidaknya tujuh jam.
Olahraga teratur juga dapat bermanfaat untuk dapat memiliki kualitas tidur yang baik. Namun tantangannya, sebagian besar pekerja merasa mereka memiliki terlalu banyak pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk tidur dan berolahraga. Akan tetapi, mereka perlu memutus lingkaran setan antara kurang tidur dan kinerja buruk. Ketika tidur mereka kurang setiap hari, akan ada biaya besar yang harus dibayar dalam hal kesehatan di kemudian hari, dan mungkin produktivitas kerja di hari esok.
Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Soomi Lee, Assistant Professor of Aging Studies, University of South Florida; David M. Almeida, Professor of Human Development, Pennsylvania State University; Orfeu M. Buxton, Professor of Biobehavioral Health, Pennsylvania State University, dan Ross Andel, Director of School of Aging Studies, University of South Florida
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
___________________________________________
Ilustrasi: Business photo created by yanalya - www.freepik.com