Douglas Bennion, University of Florida; Martin Wegman, University of Florida, dan Michael Guo, University of Florida
Puasa berselang (atau puasa selang sehari) telah menjadi pola makan populer di Inggris. Orang berpuasa (atau hanya makan sedikit) pada beberapa hari dalam sepekan, dan melanjutkan makan seperti biasa pada hari-hari sisanya.
Umat manusia sudah terbiasa berpuasa sejak dahulu, akibat keadaan ketimbang pilihan. Nenek moyang kita para pemburu-peramu mungkin merupakan ahli puasa, karena mereka memanjakan diri dengan makanan di satu waktu, dan menghadapi periode langka makanan di waktu lain.
Mengingat hal itu, maka tak mengherankan apabila sel-sel tubuh kita dapat berfungsi baik dalam kondisi kenyang maupun lapar.
Sebagai kelompok mahasiswa riset dan kedokteran, kami ingin mengetahui apakah puasa menyebabkan sel kita bertambah tangguh terhadap kerusakan akibat hilangnya berat badan. Serta, apakah manfaat ini muncul dari stres sementara yang ditimbulkan puasa terhadap sel tubuh kita?
Puasa berselang mungkin punya manfaat anti-penuaan
Para ilmuwan telah bertahun-tahun melihat kemungkinan manfaat kesehatan dari pembatasan kalori.
Sebuah teori terkenal mengatakan manfaat kesehatan ini ada kaitannya dengan penurunan gula darah akibat puasa, yang mendorong sel tubuh kita bekerja lebih keras untuk memanfaatkan bentuk lain dari energi.
Monyet Rhesus yang hanya makan 70 persen asupan kalori normal mereka, terbukti berumur lebih panjang dan jauh lebih sehat pada usia tua. Manfaat anti-penuaan ini juga terlihat pada binatang yang diberi pola makan puasa berselang.
Baru-baru ini, para ilmuwan juga menemukan dampak yang mirip pada manusia.
Meski demikian, masih belum jelas mengapa puasa berselang bisa memiliki manfaat dalam melawan penuaan. Pertanyaan ini bertambah pelik karena pada studi terhadap manusia, puasa menyebabkan penurunan berat badan.
Manfaat penurunan berat badan dapat membayangi manfaat kesehatan puasa sendiri.
Radikal bebas merusak sel, tapi puasa dapat membantu
Satu cara sel kita bisa rusak adalah ketika terpapar stres oksidatif. Dan mencegah atau memperbaiki kerusakan sel dari stres oksidatif amat berguna melawan penuaan.
Stres ini terjadi ketika terdapat produksi radikal bebas seperti spesies oksigen reaktif yang lebih tinggi dari biasanya. Molekul tak stabil ini membawa elektron yang sangat reaktif.
Ketika salah satu radikal bebas ini bertemu molekul lain, ia akan mengambil atau melepas elektron. Hasilnya, ada reaksi rantai cepat dari molekul ke molekul, membentuk lebih banyak lagi radikal bebas, yang dapat memecahkan ikatan antaratom di dalam komponen penting dalam sel, seperti membran seluler, protein esensial atau bahkan DNA.
Antioksidan bekerja dengan cara mentransfer elektron yang diperlukan guna menstabilkan radikal bebas sebelum mereka dapat merusak.
Puasa sepertinya dapat membantu sel kita melawan kerusakan akibat proses ini. Tetapi belum jelas persisnya bagaimana.
Radikal bebas dapat dihasilkan dari mitokondria (penghasil tenaga bagi sel) yang berfungsi jelek. Ketika kita berpindah antara puasa dan makan normal, sel kita mengalami penurunan kadar glukosa (gula darah) sementara, sehingga mereka dipaksa mencari sumber energi lain yang tersedia, seperti asam lemak.
Hal ini dapat menyebabkan sel untuk menyalakan proses bertahan hidup untuk membuang mitokondria yang tak sehat, dan menggantinya dengan mitokondria sehat, sehingga mengurangi produksi radikal bebas dalam jangka panjang.
Memang benar, puasa sendiri menghasilkan kenaikan sedikit produksi radikal bebas.
Sel tubuh kita menanggapinya dengan meningkatkan kadar antioksidan alami untuk melawan radikal bebas yang mungkin ada. Radikal bebas memang sering dianggap berbahaya karena dapat merusak sel, tetapi mereka juga penting karena memicu sel untuk mengatasi stres lebih baik lagi di masa depan.
Apakah puasa dan makan memerangi penuaan?
Untuk memahami bagaimana puasa mungkin membuat sel bertambah kuat, kami merekrut 24 orang dan meminta mereka berpuasa berselang selama dua periode, masing-masing tiga pekan.
Pada periode pertama, mereka diberi pola makan yang dirancang khusus. Sementara pada periode kedua, mereka diberi pola makan yang sama ditambah suplemen Vitamin C dan Vitamin E, yang keduanya antioksidan.
Karena kami ingin menitikberatkan penelitian pada dampak puasa terhadap sel (bukan penurunan berat badan), maka para peserta memakan 175% asupan kalori normal mereka pada hari biasa, dan 25% asupan normal pada hari puasa untuk mencegah berat badan mereka berkurang.
Kami menyediakan makanan serta dengan cermat mencatatnya. Mereka makan pasta, ayam, roti sandwich serta pencuci mulut seperti es krim.
Kami mengambil sampel darah mereka sebelum dan sesudah diet tersebut, sehingga kami bisa membandingkan kadar stres oksidatif dan penanda bagi kerja sel yang kuat.
Pada periode pertama, kami berusaha mencari tahu apakah puasa dapat meningkatkan stres oksidatif (radikal bebas) pada sel setiap orang, dan apakah stres ini benar-benar dapat memicu sel yang lebih kuat dan lebih tangguh.
Kemudian, kami ingin melihat apakah meminum antioksidan—di periode kedua—dapat memblokir radikal bebas akibat puasa, mencegah sel bertambah tangguh. Dengan kata lain, kami ingin tahu apakah Vitamin C dan E dapat melindungi sel sampai-sampai sel itu tidak dapat membela diri di kemudian hari.
Bagaimana dampak puasa berselang terhadap tubuh manusia?
Kami menemukan bahwa akibat berpuasa berselang, sel tubuh memproduksi lebih banyak gen bernama SIRT3, sebagai bagian dari upaya pencegahan produksi radikal bebas dan peningkatan proses perbaikan sel.
Kami juga menemukan penurunan signifikan kadar insulin beredar, yang menandakan peserta penelitian lebih responsif terhadap hormon ini. Ini penting karena ketika sensitivitas kita berkurang terhadap insulin, kita berisiko diabetes.
Ada satu temuan menarik: ketika para peserta penelitian meminum suplemen Vitamin C dan E, maka manfaat puasa menghilang.
Sepertinya karena sel-sel tubuh relatif terlindung dari stres oksidatif yang timbul akibat puasa berselang, maka sel-sel itu tidak meningkatkan pertahanan alami dan meningkatkan sensitivitas mereka terhadap insulin dan tanda stres lainnya.
Artinya, kadar rendah stres lingkungan seperti berpuasa sebenarnya bagus bagi tubuh kita, dan saat berpuasa suplemen antioksidan mungkin justru mencegah respon sehat dan alami dari sel kita.
Meski penelitian kami relatif kecil dengan periode pendek, kami mampu mendapatkan beberapa manfaat kesehatan dari puasa, tanpa ada pengurangan berat badan sama sekali.
Kami menantikan adanya studi lain tentang puasa berselang yang menunjukkan manfaat yang lebih jelas, dalam jangka panjang bagi kelompok orang yang lebih banyak.
Artikel ini telah diperbaharui untuk mengoreksi informasi tentang radikal bebas dan anti-oksidan.
Douglas Bennion, MD-PhD student and NIH T32 Pre-doctoral Fellow, University of Florida; Martin Wegman, MD-PhD student and NIH TL1 Pre Doctoral Fellow, University of Florida, dan Michael Guo, MD-Phd student, University of Florida
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
___________________________________
Ilustrasi: gate74 dan Mimzy / Pixabay.com