Bipolar berbeda dengan gila. Bipolar merupakan gangguan mood (suasana hati) dalam waktu tertentu, misal depresi selama 2 minggu. Di lain waktu, rasa percaya dirinya muncul berlebihan, energik dan sangat aktif sehingga sepertinya tidak butuh tidur – disebut fase manik/mania. Perubahan mood, dari depresi ke manik atau sebaliknya, bisa terjadi sangat cepat.
Penyebabnya sampai sekarang para ahli masih belum mengetahui pasti. Ahli saraf mengatakan, bipolar antara lain karena faktor keturunan (79%) dan kacaunya sirkuit neurotransmisi (penghantaran pesan) di otak. Ada kekacauan pada kurir pembawa pesan, yang berpengaruh pada kacaunya hormon pemicu mood. Bisa dipicu oleh faktor psikososial, atau peristiwa tertentu dalam kehidupan yang membuat stres.
Bipolar juga bisa dialami oleh bayi. Sayangnya, perubahan mood pada bayi tidak kentara. Gejala baru tampak ketika anak sudah bisa mengutarakan perasaannya. Dr. Handoko Daeng, SpKJ (K), dari Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa menjelaskan, “Waktu kecil, bipolar ditunjukkan dengan gejala hiperkinetik seperti, anak tidak mau diam, gampang marah tapi pandai.”
Gejala tersebut sering dikira sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau hiperaktif, sehingga anak kerap dianggap nakal.
Bipolar pada anak-anak sepintas tampak seperti gangguan perilaku, tak lain karena anak sulit mendeskripsikan perasaannya. “Perasaan depresi pada anak, belum tentu terlihat dengan dia menangis atau murung. Kadang, ia berperilaku menentang seperti tidak mau sekolah,” papar dr. AAA. Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), dari Departemen Psikiatri RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Pada remaja, depresi karena masalah sekolah, pergaulan atau pacar menyumbang 20-30% sebagai pencetus kekambuhan. Bahayanya, bisa muncul ide untuk menyakiti diri sendiri bahkan keinginan untuk bunuh diri.
Wajar bila orangtua khawatir dan bertanya-tanya, apakah anaknya dapat mengikuti jenjang sekolah, bekerja dan nantinya menikah serta hidup normal? Kabar baik, karena gangguan bipolar dapat diterapi sehingga yang bersangkutan dapat beraktivitas secara normal. Terapinya bersifat menyeluruh, dengan obat-obatan mood stabilizer, dukungan keluarga/orang terdekat, bantuan psikiater dan masyarakat.
Obat untuk menjaga agar mood anak tetap normal, minimal tidak terjadi kekambuhan (depresi/manik) dalam 1 bulan. “Obat saja tidak cukup, harus dengan terapi ke psikiater. Saat anak depresi, psikiater akan mengajarkan teknik-teknik agar tidak menghadapi segala sesuatu secara negatif. Dan ketika dalam fase manik, diajarkan mengalihkan energinya untuk kegiatan yang produktif, seperti olahraga atau kesenian,” papar dr. Agung.
Jika dalam keluarga ada anak yang tidak seperti anak yang lain, atau perilakunya menjadi tidak biasa, sebaiknya konsultasi ke psikiatri anak untruk didiagnosa. (jie)