Jangan remehkan kesehatan gigi dan gusi. Kondisi ini dapat memicu penyakit yang lebih berat, seperti jantung dan stroke. Menurut penelitian, penyakit gusi dapat meningkatkan risiko stroke pada usia 25 -54 tahun >50%.
Gula adalah makanan bagi bakteri Streptococcus mutans, dan gula diubah menjadi asam. Bila kadar pH (derajat keasaman) 5,7 – 7 atau lebih rendah, gigi rawan rusak. Bila pH di bawah 5,5, terjadi demineralisasi atau larutnya mineral enamel pada gigi. Ini bisa terjadi dua menit setelah gula menyentuh palisan plak di gigi.
Gigi berlubang yang tidak ditambal berisiko infeksi. Bisa muncul abses (nanah) di akar gigi. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi, melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme. Karena letak infeksi sangat dekat dengan pembuluh darah, toksin (racun) yang dihasilkan bakteri dapat menyebar ke seluruh tubuh.
“Kalau terjadi infeksi, keluar radikal bebas yang bisa menyebar ke mana-mana; ke jantung atau otak,” kata Prof. Dr. drg. Tri Erri Astoeti, Mkes, dari Universitas Trisakti, Jakarta. Racun, sisa kotoran dan mikroba yang memicu infeksi, merangsang timbulnya sitokin (sel radang).
Menurut dr. Tengku Bahdar Djohan, Sp.PD, “Ketika sitokin masuk ke aliran darah, dapat menyebabkan peradangan plak (endapan lemak) di pembuluh darah. Kalau plak menutup pembuluh darah yang lebih kecil di jantung, terjadi serangan jantung. Kalau di otak terjadi stroke,” katanya.
Kebersihan gigi perlu dirawat. Bisa dengan menyikat gigi, sesudah makan dan sebelum tidur, dengan pasta gigi yang mengandung flouride. Benang pembersih gigi (flossing) atau berkumur dengan mouthwash, membantu membersihkan sisa makanan yang tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi.
Konsumsi juga makanan/minuman yang mengandung flouride alami seperti ikan asin, rebusan tulang ayam dan teh. Jangan berlebihan mengonsumsi yang manis-manis. Kontrol gigi 1x 6 bulan,dan 1x3 bulan bagi penderita diabetes. Jika gigi berlubang, segera cabut atau tambal. (jie)