gejala hipotiroidisme pada wanita pasca menopause

Ini Gejala Hipotiroidisme pada Perempuan Setelah Menopause

Gangguan fungsi tiroid, khususnya hipotirodisme, mungkin dialami oleh wanita yang berusia lebih dari 60 tahun, atau setelah menopause. Beberapa lansia menunjukkan satu-satunya gejala hipotiroidisme yang kerap disalahartikan sebagai penyakit lainnya.

Data menunjukkan bila wanita berisiko 10 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi hormon tiroid. Tiroid adalah kelenjar berbentuk seperti kupu-kupu yang terletak di leher. Ia memroduksi hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3).

T4 dirubah oleh jaringan tubuh yang membutuhkan menjadi hormon T3 aktif. Pada orang sehat, produksi hormon-hormon ini diatur oleh sekresi hormon perangsang tiroid (thyroid stimulating hormone / TSH) dari kelenjar hipofisis di otak. Hormon tiroid mengatur metabolisme sel-sel tubuh.

Beberapa gejala penyakit mirip bisa mirip dengan gejala pascamenopause. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan tes darah untuk fungsi tiroid. Dilansir dari health.harvard.edu, berikut beberapa gejala yang mengindikasikan hipotiroidisme pada lansia:

Kolesterol tinggi tanpa sebab. Kolesterol tinggi kerap kali menjadi satu-satunya gejala bila hormon tiroid tidak aktif pada lansia.

Tubuh membutuhkan hormon tiroid untuk memroduksi kolesterol dan membuang kolesterol yang tidak dibutuhkan. Ketika kadar hormon tiroid rendah (hipotiroid), tubuh tidak mampu memecah dan mengangkut LDL (kolesterol jahat) seperti sedia kala. Akibatnya kadar kolesterol LDL dalam darah tinggi.

Kadar hormon tiroid tidak harus sangat rendah untuk menyebabkan naiknya LDL. Bahkan orang dengan kadar tiroid yang agak rendah (disebut hipotiroidisme subklinis), dapat memiliki kolesterol LDL yang lebih tinggi dari normal.

Sebuah studi tahun 2012 menemukan bahwa kadar TSH yang tinggi saja dapat secara langsung meningkatkan kadar kolesterol, bahkan jika kadar hormon tiroid tidak rendah.

Gagal jantung. Berkurangnya volume darah, kontraksi otot jantung yang lebih lemah, dan detak jantung yang lebih lambat semuanya disebabkan oleh kadar hormon tiroid yang rendah. Kondisi tersebut dapat berkontribusi pada gagal jantung, ketika jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan efektif.

Pompa yang tidak efektif dapat menyebabkan gejala ‘samar’ seperti merasa kurang energik atau hanya berjalan lebih lambat. Pada tahap yang lebih lanjut, cairan dapat kembali ke paru-paru dan kaki menyebabkan sesak napas dan pembengkakan kaki.

Perubahan gerakan usus. Seorang lansia dengan hipotiroid bisa mengalami konstipasi (sembelit), karena feses bergerak lebih lambat di dalam usus.

Nyeri sendi atau otot. Nyeri sendi adalah salah satu gejala klasik hipotiroid. Kerap kali ini juga menjadi satu-satunya gejala pada lansia. Banyak orang mengalami nyeri otot secara umum, terutama pada kelompok otot besar, seperti di kaki.

Masalah psikiatri. Depresi – gejala umum hipotiroid pada orang muda – juga bisa mempengaruhi lansia. Perbedaanya adalah pada lansia ia bisa menjadi satu-satunya gejala hipotiroid. Beberapa lansia mungkin mengalami tanda-tanda psikosis, seperti delusi atau halusinasi.

Penurunan fungsi kognitif. Lansia dengan kelenjar tiroid yang sangat kurang aktif terkadang bisa salah didiagnosa sebagai demensia (pikun).

Itu sebabnya untuk menegakkan diagnosis dokter biasanya melakukan tes tiroid pada lansia dengan penurunan kognitif baru. Jika Anda atau salah satu anggota keluarga dievaluasi untuk demensia, pastikan bahwa tes tiroid juga bagian dari evaluasi tersebut. (jie)