Gangguan kesuburan akibat mikropenis? | OTC Digest

Gangguan kesuburan akibat mikropenis?

Mikropenis merupakan kondisi medis ketika penis berukuran kurang dari kurang dari 2 cm saat bayi atau kurang dari 9 cm ketika dewasa.

Dijelaskan oleh dr. Ary Rodjani, Sp.U(K), dari Asri Urology Centre, RS Siloam Asri, Jakarta, ketika anak mulai mengerti tentang gender, akan terganggu secara psikologis karena penisnya berbeda dengan temannya.

Orangtua pun menjadi cemas. Karena penis tersembunyi, bisa ada gangguan ketika berkemih sehingga rentan menyebabkan infeksi saluran kemih. “Kalau disunat dengan cara biasa, kulitnya habis dan penis makin ‘tenggelam’. Apalagi kalau duduk,” imbuh dr. Ary.  

Namun berita baiknya adalah mikropenis tidak mengganggu masalah kesuburan, karena kualitas sperma tidak ditentukan dari ukuran penis.

“Segi ukuran bermasalah. Bila ditangani dengan baik, biasanya tidak ada masalah. Bila tetap bermasalah dalam melakukan hubungan seksual, sperma bisa diambil dari testis dan dilakukan program bayi tabung,” timpal dr. Irfan Wahyudi, Sp.U(K).

Bagaimana penanganan mikropenis?

Dokter akan melakukan pemeriksaan keseluruhan. Bila penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), testis normal dan perintah produksi hormon dari otak tetap ada, “Kita berikan support hormon testosteron agar penis berkembang normal,” kata dr. Ary.

Terapi hormon testosteron dilakukan lewat injeksi intramuskular di lengan atau paha, dengan jarak antar injeksi satu bulan. Maksimal 4x injeksi, untuk menghindari efek samping hormon, seperti gangguan pertumbuhan sehingga anak jadi pendek.

Menurut dr. Irfan, pada kasus idiopatik, injeksi cenderung diberikan menjelang pubertas. Bila diberikan sejak awal, berisiko mengganggu proses alamiah hormon, karena di usia awal hormon laki-laki tidak bekerja /belum berkembang.

“Menjelang pubertas hormon mulai naik. Jadi, bila didiagnosa idiopatik, ada waktu untuk menanti; tidak perlu takut terapi akan terlambat,” kata dr. Irfan.

Penis akan merespon terapi hormon hingga anak puber. Setelah puber, perkembangan terhenti sehingga tidak ada gunanya memberi terapi hormon untuk membesarkan penis.

Bila mikropenis terjadi akibat kelainan pengatur hormon di otak, disesuaikan dengan defisiensi yang terjadi. Digunakan suplemen hormon yang untuk bekerja di otak. Bentuknya bisa injeksi atau spray.

Dalam kasus seperti ini, biasanya dokter akan berkonsultasi konsultasi dengan bagian endokrin karena tidak hanya menyangkut masalah penis, melainkan pertumbuhan anak secara menyeluruh. Terapinya lebih kompleks dan jangka panjang.

Bagaimana orangtua mengenali kelainan genital?

Sangat disarankan bagi orangtua untuk menanyakan kondisi kelamin bayi saat ia lahir; bagaimana panjang dan bentuk penis, serta kondisi kantung zakar.

Periksa juga saat memandikan anak, sebelum ia malu dan mandi sendiri. Lihat apakah kantung zakar simetris. Bila tidak simetris, ada dua kemungkinan: di kantung yang kempes memang tidak ada testis karena testis belum turun (masih di rongga perut).

“Atau, pada kantung yang besar terjadi hernia atau hidrokel (cairan di dalam testis). Lihat juga, apakah lubang kencingnya ada di ujung, dan apakah bentuk penis normal, tidak bengkok. Perhatikan bila anak bertanya, mengapa alat kelaminnya berbeda dengan teman atau saudara laki-lakinya,” urai dr. Irfan.

Saat hendak dikhitan, minta dokter untuk memeriksa dulu, apakah penis anak normal atau tidak. Bila ternyata ada kelainan, jangan langsung dikhitan. (nid – jie)