Trombosis di arteri dan vena perlu obat yang berbeda. Prof. Dr. dr. Karmel Lidow Tambunan, SpPD, KHOM, pernah mendapat pasien dengan luka kaki tak kunjung sembuh sampai berbulan-bulan. Setelah diperiksa, ternyata ada sumbatan pembuluh darah pada arteri di kakinya. “Ia diberi obat antikoagulan dan antiplatelet. Luka sembuh, kakinya tidak perlu amputasi,” terang Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia (PTHI) ini.
Pada arteri, umumnya terjadi perlengketan platelet (disebut white thrombosis), dan pada vena lebih sering terjadi koagulan (red thrombosis). “Obatnya berbeda untuk tiap kondisi,” ujar Prof. Karmel. Ada tiga jenis obat untuk trombosis: antiplatelet, antikoagulan dan trombolitik.
Platelet akan melengket saat terjadi luka atau ada peradangan. Arteri selalu berada dalam tekanan karena memiliki dinding yang berotot. Merokok dan pola makan kurang baik misalnya tinggi gula, membuat arteri meradang. Peradangan memicu platelet saling melekat dan membentuk bekuan darah. Obat antiplatelet dapat mencegah perlengketan platelet.
Pada vena, bekuan darah terjadi ketika aliran darah yang statis membentuk jaring/benang fibrin. Antikoagulan mengganggu proses ini. Ada beberapa jenis obat; vitamin K antagonist seperti warfarin, yang mengganggu kerja vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah. Ada low molecular weight heparins yang menghambat faktor Xa, dan IIa yang berperan dalam pembekuan darah; diberikan secara injeksi. Pasien yang menjalani operasi ortopedi, biasa diberi antikoagulan untuk mencegah DVT.
Trombosis di arteri dan vena perlu obat yang berbeda
Trombosis di arteri dan vena perlu obat yang berbeda. Obat baru rivaroxaban mencegah koagulasi dengan bekerja pada faktor Xa. Ini akan menurunkan kadar thrombin (faktor pembekuan yang merangsang pembentukan benang fibrin), sehingga kemungkinan terjadinya bekuan darah berkurang. Rivaroxaban yang diberikan secara oral (obat minum) berisiko rendah terhadap interaksi dengan obat lain, dan tidak ada pantangan makanan saat mengonsumsi obat ini. Penelitian menunjukkan rivaroxaban juga efektif mengatasi thrombosis pada arteri.
Trombolitik adalah satu-satunya golongan obat yang dapat menghancurkan bekuan darah yang terbentuk. Bekuan darah luruh, darah bisa kembali mengalir. Obat ini bisa menyelamatkan pasien stroke sumbatan (iskemik) atau serangan jantung. Trombolitik juga dapat digunakan pada pasien emboli paru dan DVT (deep vein trombosis), sebelum trombosis merusak vena secara permanen. Namun, trombolitik tidak mencegah bekuan darah.
Pasien yang mengonsumsi warfarin, perlu membatasi asupan sayuran hijau karena mengandung vitamin K tinggi. “Vitamin K adalah ko-faktor pembekuan darah, warfarin bekerja sebagai anti vitamin K,” tutur dr. Chospiadi. (nid)
Ilustrasi: Ernesto Eslava from Pixabay