Melakukan ibadah Haji membutuhkan niat, tekat dan kondisi fisik yang prima. Mereka yang memiliki gangguan jantung wajib memerhatikan beberapa hal sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Sebagaimana diketahui jemaah haji asal Indonesia sebagian besar telah berusia lanjut; di mana kondisi fisik sudah tidak seprima sebelumnya. Lansia biasanya memiliki banyak masalah kesehatan, seperti gangguan jantung atau sudah pernah mengalami serangan jantung. Bagi mereka ini terdapat dua hal yang wajib diperhatikan sebelum malakukan ibadah haji.
Pertama, lama perjalanan di pesawat sekitar 8-9 jam memiliki risiko tersendiri. “Mereka yang memiliki gangguan jantung biasanya kaki gampang bengkak. Ini akibat adanya pelebaran pembuluh darah balik (vena) di kaki,” kata dr. Johan Winata, SpJP (K), FIHA, dari RS Pondok Indah – Puri Indah, Jakarta.
Normalnya aliran darah ke kaki akan dipompa kembali ke jantung. Gangguan pembuluh darah balik menyebabkan darah gagal kembali naik ke jantung; berputar (berturbulensi) di area kaki dan menyebabkan pembengkakan.
Aliran darah yang berputar tersebut berisiko membentuk gumpalan darah. Jika terbawa bersama aliran darah sampai ke jantung berpotensi menyumbat pembuluh darah paru di jantung.
Dr. Johan menjelaskan, “Duduk dalam waktu berjam-jam berisiko menyebabkan pembengkakan kaki. Disarankan memakai stocking kompresi untuk mencegah bengkak.”
Baca juga : Varises Bisa Sebabkan Serangan Jantung
Kedua, selama di Tanah Suci seorang jemaah haji membutuhkan stamina fisik yang prima untuk bisa melakukan ibadah dengan sempurna. Sehingga kondisi jantung perlu dipastikan sebelum ia berangkat.
Pada mereka dengan masalah jantung, seperti penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), disarankan mengoptimalkan obat-obatan sehingga serangan jantung tidak muncul di Tanah Suci.
“Jika serangan jantung terjadi sebelum berangkat haji, maka dalam periode 1 bulan tidak disarankan untuk melakukan perjalanan jauh,” terang dr. Johan.
Suplemen Omega 3
Suplementasi asam lemak omega-3 diketahui efektif untuk mencegah serangan jantung. Peneliti dari Brigham and Women's Hospital, Amerika Serikat, membuktikan suplemen asam lemak omega-3 mampu membantu pemulihan pascaserangan jantung dan mencegah terjadinya serangan berulang yang mengancam nyawa penderita.
Riset ini melibatkan 360 penderita serangan jantung, yang secara acak diberikan suplemen omega-3 atau plasebo, selama 1 bulan (dalam masa perawatan di rumah sakit). Suplementasi dilanjutkan sampai kurun waktu 6 bulan.
Suplemen omega-3 dosis tinggi yang dikonsumsi setiap hari, selama 6 bulan setelah serangan jantung, terbukti membantu mengurangi jaringan parut (fibrosis) pada otot jantung dan meningkatkan kemampuannya untuk memompa darah. (jie)