Menjalankan ibadah puasa di masa pandemi ternyata memerlukan perlakuan khusus. ada risiko penurunan imunitas yang berarti meningkatkan kerentanan terhadap infeksi COVID-19. Herbal yang bersifat imunostimulan efektif meningkatkan daya tahan tubuh selama puasa.
Sebagai insight, walau saat ini vaksin COVID-19 sudah tersedia, tetapi vaksin bukanlah obat. Risiko infeksi SARS-CoV-2 tetap ada walau sudah divaksin. Ini berarti menjaga daya tahan tubuh optimal adalah kuncinya, selain disiplin menerapkan protokol kesehatan 5 M.
Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, MSi (Herbal), Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menyebut belum ada studi yang menyatakan ada hubungan antara puasa dan risiko COVID-19.
“Sehingga bisa disimpulkan selama pandemi tetap bisa puasa selama tahu bagaimana tetap sehat,” katanya, dalam peluncuran Antangin Habbatussauda secara virtual, Kamis (15/4/2021).
Selain mengonsumsi makanan sehat saat berbuka dan sahur, memenuhi kebutuhan cairan, cukup tidur dan tetap olahraga, konsumsi herbal juga bisa membantu.
“Herbal yang dianjurkan adalah yang bersifat sebagai imunomodulator. Ini adalah zat yang dapat memodifikasi respons imun, mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah (bawaan) atau adaptif. Mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu,” urai dr. Inggrid.
Ada banyak herbal imunomodulator. Dari luar negeri ada beberapa tanaman seperti echinacea, elderberry, ginseng, ganoderma dan saffron. Sementara di dalam negeri ada meniran, jinten hitam (habbatussauda), kunyit, sambiloto, kelor, jahe, pegagan dan temulawak.
Dr. Inggrid menambahkan, kombinasi beberapa herbal yang punya kemiripan sifat akan bekerja sinergis mengoptimalkan daya tahan tubuh. Dengan dosis yang tidak terlalu besar, zat aktifnya akan saling melengkapi.
“Kombinasi herbal juga akan meminimalisir efek samping yang bisa ditimbulkan masing-masing herbal,” katanya.
Jinten hitam (habbatussauda)
Penelitian menyatakan jinten hitam (Nigella sativa) bersifat imunostimulasi, antiradang, pelindung multi organ (jantung, lambung dan pembuluh darah), memiliki efek antidiabetes, antiparasit dan mikroba, serta melebarkan saluran napas, hingga antikanker.
Untuk fungsi imunitas, dr. Inggrid menjelaskan, dengan cara meningkatkan proliferasi splemocyte (ini adalah pengulangan siklus /semacam regenerasi sel darah putih di limpa), menurunkan sitokin dan respon peradangan.
“Studi di Pakistan menyatakan, selama pandemi, habbatussauda dianjurkan karena bersinergi menghambat virus corona. Uji klinis menyebutkan signifikan meredakan gejala, mempercepat hilangnya virus dan mengurangi risiko kematian pasien COVID-19 sedang sampai berat,” imbuhnya.
Riset oleh Sohaib Ashraf, dkk., tersebut menyatakan ekstrak habbatassauda dapat digunakan sebagai terapi komplementer COVID-19 mendampingi pengobatan standar.
Meniran (Phyllantus niruri)
Sifat imunostimulasi ekstrak meniran terbukti efektif pada penyakit-penyakit infeksi.
Riset yang diterbitkan di jurnal Immunopharmacology and Immunotoxicology (2010) menyebutkan ekstrak meniran meningkatkan pematangan fenotipe dan fungsional sel dendritik (jenis sel darah putih) yang diturunkan dari sumsum tulang.
Riset di dalam negeri tahun 2005 oleh Radityawan menyatakan ekstrak meniran 50mg, 3 kali sehari, signifikan meningkatkan regulasi respons imun oleh sel-sel imun, seperti leukosit dan limfosit Th-2.
“Meniran terbukti menyembuhkan infeksi cacar air, menurunkan ISPA (infeksi saluran napas atas) dan aman untuk jangka panjang,” terang dr. Inggrid sembari menekannya bila tanaman ini juga bisa dikonsumsi untuk pencegahan penyakit.
Jahe (Zingiber officinale)
Tanaman yang biasa diolah sebagai minuman atau bumbu ini juga bersifat imunostimulan dan antiradang.
Penelitian dari Departemen Biologi, F MIPA, Universitas Brawijaya Malang, menyatakan zat aktif jahe termasuk gingerol, geraniol, shogaol, zingiberene, zingiberenol dan zingerone berpotensi sebagai agen antivirus dengan bioaviabilitas dan fleksibilitas yang baik.
“Baik Jahe, meniran dan jinten hitam adalah imunomodulator herbal. Akan menstimulasi dan menyeimbangkan sistem imun, sehingga daya tahan tubuh meningkat, kerentanan terhadap infeksi diturunkan. Kalaupun kena infeksi dapat sembuh lebih cepat,” pungkas dr. Inggrid. (jie)