Jangan sepelekan singkong. Jenis umbi-umbian ini pernah menjadi simbol kemiskinan. Singkong dikonsumsi di musim paceklik, sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi.
Manfaat singkong ternyata lebih hebat lagi. Menurut penelitian, singkong mengandung vitamin B17 yang dapat melawan sel kanker.
Pengobatan kanker menggunakan singkong antara lain dilakukan Prof. Manuel Navarro dari the San Thome Medical College of the University of Manila. Ia menyembuhkan lebih dari 500 pasien kanker, hanya dengan singkong.
Prof. Navarro menggunakan singkong yang panjangnya sekitar 4 inci, diameter sekitar 2-3 inci. Dibersihkan, potong-potong kecil kemudian dihaluskan (diblender), dengan menambahkan dua cangkir air selama dua menit.
Campuran air dan singkong itu menjadi semacam susu. Tuangkan dalam gelas dan masukkan ke lemari es selama dua jam. Endapannya yang sebagian besar berisi karbohidrat, tidak dimanfaatkan. Cukup tuangkan cairan bagian atas endapan ke dalam gelas. Minum setengahnya di pagi dan setengahnya lagi di sore hari.
Vitamin B17
Vitamin B17 disebut juga Amygdaline, ditemukan pada banyak biji buah-buahan, seperti aprikot, plum, apel atau almond. Juga pada ketela pohon atau singkong.
Jika “dipecah”, amygdaline terdiri dari glukosa, benzaldehida dan asam hidrosianik (hidrogen sianida). Zat terakhir ini dikenal sebagai zat aktif yang meracuni semua sel. Zat ini menjadi sangat aktif ketika bersinggungan dengan sel kanker.
Sel kanker adalah sel yang belum matang dan memiliki enzim yang berbeda dengan enzim normal. Ketika vitamin B17 digabung dengan enzim sel normal, B17 akan terurai menjadi 3 jenis gula. Tetapi ketika tergabung dengan enzim sel kanker, B17 terurai menjadi 1 gula, 1 benzaldehida dan 1 asam hidrosianik.
Prof. Monica Hughes dari Newcastle University yang meneliti hubungan antara ketela pohon dengan kanker selama tujuh tahun, berusaha mengkloning gen ketela yang bertanggungjawab pada produksi asam hidrosianik. Tujuannya untuk mengurangi efek dari sianida, sehingga tidak meracuni manusia.
Ia bersama tim peneliti dari Madrid berusaha memodifikasi gen tersebut, dan membuatnya ke dalam bentuk retrovirus. Virus tersebut diinjeksikan selama satu minggu pada tikus percobaan yang dibuat menderita tumor otak. Hasilnya didapati, tumor otak pada tikus percobaan ‘terhapus’ total.
Tim peneliti mendapati alasan tumor secara cepat dapat dihancurkan, karena rotavirus pun mempengaruhi sel di sekitar sel kanker. Dalam penelitian awal, adalah asam hidrosianik yang diduga membunuh sel kanker secara lokal. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa benzaldehida yang mengerjakannya.
Mekanisme kedua adalah asupan vitamin B17, yang membentuk tripsin dan kimotripsin dalam tubuh. Keduanya akan memecah enzim yang mengelilingi sel kanker, sehingga sel darah putih dapat mengidentifikasi dan membunuh sel kanker tersebut.
Pada uji laboratorium diketahui, ternyata vitamin B17 bekerja secara berkesinambungan dengan vitamin A, C, E, dan B15, enzim pankreas, serta enzim lain dalam mengurai sel-sel kanker pada tubuh.
Juga daunnya
Bukan hanya umbi ketela pohon. Daun singkong yang biasa dibuat sayur, juga memiliki efek mengurangi keganasan tumor.
Penelitian oleh Cornelis Adimunca dan Olwin Nainggolan yang dipublikasikan di jurnal Cermin Dunia Kedokteran edisi Mei-Juni 2010, menemukan bahwa daun singkong bermanfaat untuk mencegah keganasan yang disebabkan bahan penyebab kanker nitrosamine. Ini hasil uji pada tikus.
Nitrosamin merupakan senyawa karsinogenik (penyebab kanker) yang ditemukan pada makanan yang diawetkan menggunakan NITRIT. Metode ini biasa dilakukan untuk mengawetkan daging dan ikan misalnya pada sosis serta keju, agar bakteri pembusuk tidak berkembang biak. Nitrosamin juga dapat ditemukan pada daging yang diasap, misalnya sate.
Daun singkong mengandung beta karoten yang berpotensi menghambat terjadinya tumor/kanker. Beta karoten di usus diubah menjadi vitamin A, yang berperan sebagai pertahanan seluler, yang dapat menghancurkan virus dan sel tumor.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya. Metodenya, daun singkong dibagi menjadi 2 (direbus dan mentah). Enam gram daun singkong diekstraksi, dan lainnya direbus dalam 250 ml air sulingan selama 2 menit.
Penelitian ini menyimpuilkan, cairan ekstraksi daun singkong mentah memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara. Sedangkan cairan ekstraksi daun singkong yang direbus, efek antikankernya lebih tinggi dibanding yang mentah. (jie)