Dulu, masyarakat biasa memakai sabut kelapa untuk mencuci piring dan peralatan dapur lainnya. Kini, kaum ibu lebih senang menggunakan spons. Spons yang berpori-pori dapat menyerap sabun dan air sehingga membuat detergen lebih berkembang /berbusa.
Di sisi lain, spons ternyata merupakan media yang nyaman untukpertumbuhan bakteri, karena memiliki kelembaban tinggi dan pori-porinya kecil. Meski terlihat bersih dan baru, lebih 100 juta bakteri tak kasat mata berdiam dalam spons, dan terus berlipat ganda ketika didiamkan semalaman.
Penelitian NSF Internasional (National Science Foundation), Organisasi Kesehatan Publik,menemukan adanya bakteri, kuman dan jamur pada spons, seperti Salmonella dan E. coli, dapat berkembang biak di dalamnya.
Markus Egert, seorang ahli mikrobiologi dari University of Furtwangen, Jerman meneliti menggunakan 14 sampel spons cuci piring. Ia menemukan sebanyak 362 jenis bakteri terdapat dalam spons tersebut. Yang lebih mengejutkan peneliti adalah kepadatan populasi bakteri, sekitar 82 miliar bakteri hidup dalam satu inci kubik spons. Itu adalah jumlah yang sama dengan jumlah bakteri dalam tinja.
Dalam buku “The Secret Life of Germs” yang ditulis Philip Tierno, Phd, dijelaskan bahwa dapur adalah areal rumah yang paling banyak menyimpan bakteri dan kuman, termasuk di areal wastafel, melebihi toilet.
Lalu? Direkomendasikan,setelah digunakan untuk mencuci piring atau peralatan masak spons sebaiknya dikeringkan, jangan biarkan tetap berada dalam tempat sabun cair.
Gunakan juga sabun cair yang bersifat antibakteri. Rob Donofrio, MS, Ph.D., Direktur NSF Mikrobiologi, menganjurkan untuk mengganti spons setiap dua minggu sekali. (jie)