Globalisasi dan perubahan iklim merubah penyebaran penyakit tropis di seluruh dunia. Tetapi tidak semua populasi memiliki risiko infeksi yang sama. Keturunan ras Asia dan Eropa lebih rentan, daripada yang berasal dari Afrika untuk menderita sindrom syok yang parah akibat demam dengue.
Demam dengue (dengue fever) merupakan penyakit endemik di daerah tropis dan subtropis, seperti Asia Timur dan Amerika. Namun saat ini virus dengue bahkan menyebar hingga Amerika Utara dan Eropa.
Demam dengue menciptakan spektrum penyakit yang luas, mulai dari demam dengue klasik sampai sindrom syok dengue (dengue shock syndrome/DSS). Perbedaan etnisitas telah lama dicurigai sebagai faktor yang menjelaskan kenapa demam dengue paling parah dialami ras Asia Tenggara daripada ras dari area lain.
Luisa Pereira dari Institute of Research and Innovation in Health University of Porto, dan Anavaj Sakuntabhai dari Institut Pasteur-Paris, meneliti genetika dari 411 pasien yang dirawat akibat infeksi virus dengue di tiga rumah sakit di Thailand antara tahun 2000 – 2003. Sebanyak 290 orang sehat yang dirawat dalam rumah sakit yang sama selama periode waktu itu digunakan sebagai kelompok kontrol.
Baca juga : Beda Demam Dengue & DBD
Pada riset yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Neglected Tropical Disease (2018), peneliti mengidentifikasi dua gen yang terkait dengan peradangan pembuluh darah memberikan risiko DSS, dan empat gen yang terkait dengan metabolisme obat yang mempengaruhi risiko demam dengue.
“Risiko genetik tertentu yang diberikan oleh gen-gen ini menunjukkan bahwa orang Asia Tenggara dan Timur Laut sangat rentan pada kedua fenotipe (DSS dan demam dengue). Sementara orang Afrika menjadi yang paling terlindungi dari DSS. Orang Eropa juga terlindungi dari risiko demam dengue tetapi rentan terhadap DSS,” terang peneliti dikutip dari laman sciencedaily.com. (jie)