Polusi udara yang tinggi, terutama partikel halus, meningkatkan risiko terkena kanker mulut. Ini adalah kesimpulan dari studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Investigative Medicine (2018).
Jumlah penderita kanker, khususnya kanker mulut semakin meningkat secara global. Sampai saat ini penyebab utama yang sudah diketahui adalah akibat merokok, minum minuman keras, inveksi HPV (human papilloma virus). Di beberapa negara Asia Tenggara risiko juga bertambah akibat kebiasaan mengunyah sirih.
Terpapar logam berat dan emisi dari gas buang kendaraan bermotor atau cerobong-cerobong pabrik juga diketahui berisiko besar menyebabkan penyakit. Polusi udara, terutama partikel halus (particulate matter /PM) 2,5, diketahui berbahaya untuk saluran napas dan kesehatan sistem kardiovaskular.
Untuk mengetahui ancaman kanker mulut yang ditimbulkan oleh polusi udara, Yu-Hua Chu, dkk., dari Department of Healthcare Administration, Asia University, Taichung City, Taiwan menelisik data dari pusat kanker nasional, asuransi kesehatan dan badan pengawas kualitas udara di Taiwan.
Mereka menggunakan data tahun 2009 tentang tingkat rata-rata polutan udara (sulfur dioksida, karbon monoksida, ozon, nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dan berbagai ukuran partikel halus) dari 66 stasiun pemantauan kualitas udara di seluruh Taiwan.
Kemudian peneliti memeriksa catatan kesehatan tahun 2012 – 2013 pada 482.659 pria usia 40 tahun ke atas yang telah mendatangi layanan kesehatan preventif, dan telah memberikan informasi tentang merokok / mengunyah sirih.
Diagnosis kanker mulut kemudian dikaitkan dengan pembacaan area lokal untuk polutan udara yang diambil pada tahun 2009. Pada 2012-2013 didapati sebanyak 1617 kasus kanker mulut didiagnosis di antara para pria tersebut.
Hal ini seperti yang diprediksikan oleh peneliti, merokok dan mengunyah sirih yang dilakukan terus-menerus (dalam jumlah yang bermakna) berkaitan dengan peningkatan risiko diagnosis.
Demikian pula dengan tingkat PM 2,5 yang tinggi. Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang berpengaruh, peningkatan kadar PM 2,5 terkonfirmasi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker mulut.
Peneliti juga membandingkan tingkat konsentrasi PM 2,5. Mereka yang terpapar PM 2,5 dengan konsentrasi >40,37 µg/m³ berisiko 43 % tinggi menderita kanker mulut, dibandingkan konsentrasi < 26,74 µg/m³ dengan risiko 0,91%. Hubungan yang signifikan juga diamati untuk tingkat ozon di bawah 28,69-30,97 bagian per miliar.
Dalam penelitian observasional ini, peneliti mengakui terdapat sejumlah kekurangan, dan membutuhkan studi lanjutan. Ini termasuk kurangnya data tentang berapa banyak PM 2,5 masuk ke mulut, atau paparan jangka panjang terhadap polutan ini.
Juga tidak jelas bagaimana polusi udara dapat berkontribusi terhadap kanker mulut. Tetapi beberapa komponen PM 2,5 termasuk logam berat, serta senyawa seperti polycyclic aromatic hydrocarbons yang dikenal agen penyebab kanker.
Dengan diameter partikel yang lebih kecil dan permukaan areal paparan yang lebih luas, PM2,5 dapat lebih mudah diserap. Ini berarti kemungkinannya mendatangkan bahaya untuk tubuh juga lebih besar.
"Studi dengan ukuran sampel yang besar ini adalah yang pertama mengasosiasikan kanker mulut dengan PM 2,5. Temuan ini menambah bukti tentang efek buruk PM 2,5 pada kesehatan manusia," tulis peneliti sebagaimana dilansir dari laman sciencedaily.com. (jie)