pil kb bermanfaat juga untuk turunkan risiko kanker ovarium

Pil KB Tidak Hanya Cegah Kehamilan Tapi Juga Turunkan Risiko Kanker Ovarium

Ada alasan bagus memakai kontrasepsi selain untuk mencegah kehamilan. Riset menyatakan bila pil KB efektif menurunkan risiko seorang wanita menderita kanker ovarium dan endometriosis.

Berdasarkan data Globocan 2018, kasus baru kanker ovarium di Indonesia mencapai 13.310 kasus setiap tahunnya. Jumlah ini mewakili 4,3% dari total kasus kanker baru dan menempati urutan ke 10 kasus kanker baru terbanyak. Kanker ovarium merupakan kanker ketiga terbanyak yang diderita wanita Indonesia, setelah payudara dan serviks.

Diperkirakan tiap tahun terdapat 7.842 wanita yang meninggal akibat kanker ovarium, mewakili 4,34% kematian akibat kanker.

Ovarium atau indung telur merupakan sepasang kelenjar yang bentuknya mirip kacang almond yang terletak pada kedua sisi uterus dan di bawah bukaan tuba falopi. Tuba falopi sendiri adalah saluran yang membawa sel telur yang telah dibuahi menuju rahim.

Selain memproduksi sel telur (ovum), ovarium juga memproduksi hormon wanita yang kita kenal sebagai estrogen dan progesteron.

Kabar baiknya adalah kontrasepsi hormonal oral (pil KB) ternyata terbukti memperkecil risiko seorang menderita kanker ovarium dan endometrium.

Endometrium adalah dinding rahim bagian dalam, yang menebal saat masa subur sebagai persiapan seandainya terjadi kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, dinding ini luruh sebagai darah haid. Kanker endometrium muncul ketika sel-sel endometrium mulai tumbuh terlalu cepat dan tidak terkendali.

Dalam penelitian tahun 2013 dijelaskan bila pil KB secara signifikan mengurangi risiko kanker ovarium, dibandingkan mereka yang tidak menggunakan pil KB. Dan, lamanya pemakaian pil KB akan meningkatkan efek perlindungannya.

Ulasan yang dipublikasikan dalam jurnal Obstetrics and Gynecology ini membandingkan hasil dari 55 penelitian. “Untuk wanita dengan risiko rata-rata, menggunakan kontrasepsi oral dapat mengurangi risiko seumur hidup kanker ovarium sebesar 40 - 50%, dan efek tersebut dapat bertahan selama 15 tahun setelah penggunaan dihentikan,” tulis peneliti.

“Perlindungan ini dapat dilihat dengan pil dosis rendah serta pil dengan estrogen yang lebih tinggi yang digunakan di masa lalu."

Demikian pula, penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pil KB dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena kanker endometrium. Efek perlindungan semakin meningkat seiring lamanya seorang wanita meminum pil KB, dan bahkan berlanjut hingga 30 tahun setelah ia berhenti menggunakannya.

Riset tersebut semakin menguatkan penelitian sebelumnya oleh Harkinson, dkk (1992) yang menemukan risiko kanker ovarium berkurang 10-12% setelah penggunaan pil selama 1 tahun, dan berkurang 50% setelah penggunaan 5 tahun.

Pil KB paling digemari di Indonesia

Menurut apt. Ronny Syamson, S.Farm, dari DKT Indonesia, pil KB menjadi kontrasepsi yang paling diminati di Indonesia.

Secara umum cara kerjanya dengan mencegah terjadinya ovulasi dan pertemuan sperma dengan sel telur. Pil KB modern berisi kombinasi hormon progesteron (levonorgestrel) dan estrogen (ethinylestradiol).

“Pil KB modern selain efektif mencegah kehamilan, juga memiliki efek non kotrasepsi, mulai dari mencegah jerawat, berat badan stabil, mengurangi nyeri haid, mencegah anemia, hingga mengurangi risiko kanker ovarium dan endometriosis,” kata Rony dalam webinar apotek, berjudul Family Planning With Beauty, Glow & Protection, Kamis (18/3/2021).

Bahkan, Rony menambahkan, kontrasepsi oral saat ini dalam bentuk mini pil (hanya mengandung hormon progesteron) bisa dipakai oleh ibu menyusui dengan aman, tanpa mengganggu produksi ASI. (jie)

______________________________________________________________________

Ilustrasi: Hand photo created by freepik - www.freepik.com