Riset yang dipublikasikan Jumat (15/5/2021) lalu menyatakan antibodi yang dipicu oleh vaksin COVID-19 produksi Pfizer pada lansia 3,5 kali lebih kuat bila suntikan dosis kedua ditunda 12 minggu setelah dosis pertama.
Studi di Inggris ini adalah yang pertama membandingkan respons imun antara suntikan vaksin Pfizer dengan interval 3 minggu (sesuai hasil uji klinis) dengan interval penundaan dosis kedua 12 minggu.
Dilansir dari Times of India, setelah Inggris memperpanjang interval antardosis vaksin, Pfizer dan BioNTech mengatakan belum ada data untuk mendukung langkah tersebut. Namun, Pfizer mengatakan bahwa pertimbangan kesehatan masyarakat di luar uji klinis (menggunakan interval 3 minggu) mungkin akan dipertimbangkan.
“Riset kami menunjukkan bila puncak respons antibodi setelah vaksin dosis kedua pada lansia terukur meningkat saat ditunda 12 minggu,” kata Helen Parry, penulis penelitian dari University of Birmingham.
Inggris telah meluncurkan vaksin Pfizer sebelum ada perubahan kebijakan dosis tersebut, yang berarti ada sebagian orang yang mendapat suntikan kedua lebih awal, alias dengan interval 3 minggu.
Perlu dicatat bila studi ini belum ditinjau oleh sesama peneliti (peer-reviewed). Peneliti melibatkan 175 lansia berusia antara 80-90 tahun, dan menemukan bila penundaan dosis kedua vaksin COVID-19 selama 12 minggu meningkatkan respons antibodi 3,5 kali, dibanding mereka dengan interval dosis 3 minggu.
Antibodi merupakan salah satu bagian dari sistem imun, dan vaksin juga memicu sel T (sel kekebalan). Tetapi peneliti memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan tentang bagaimana seseorang menjadi terlindungi (setelah divaksin) didasarkan pada jadwal pemberian dosis yang mereka terima.
Bagaimanapun, data menunjukkan adanya perlindungan terhadap risiko dirawat di rumah sakit dan kematian bahkan hanya dengan satu dosis vaksin Pfizer. Public Health England mengatakan bila riset ini memberikan bukti pendukung terhadap pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah Inggris.
“Pendekatan yang diambil pemerintah (Inggris) untuk menunda dosis kedua benar-benar membuahkan hasil,” kata Gayatri Amirthalingam, konsultan epidomiologi di Public Health England. (jie)