Olahraga aerobik (jogging/ lari, jalan cepat, bersepeda) memiliki efek samping positif, yakni dapat meningkatkan kemampuan seksual. Menurut Journal of the American Medical Association, teratur olahraga aerobik 15-30 menit/hari terbukti menyehatkan tubuh dan meningkatkan libido.
Olahraga aerobik membuat aliran darah ke seluruh tubuh lancar, termasuk ke organ genital. Pada pria, aerobik mempengaruhi kekerasan ereksi. Untuk kaum hawa membuat area genital seperti payudara, vagina dan klitoris lebih sensitif dan mudah terangsang.
Olahraga aerobik melibatkan banyak otot besar. “Terjadi peningkatan denyut jantung sampai 63% pada olahraga ringan, 64-76% pada olahraga sedang, 77-95% untuk yang berat dan >96% pada olahraga maksimal,” jelas Dr. dr. Ermita I Ilyas, MS, AIFO, ahli fisiologi olahraga.
Seiring detak jantung yang meningkat, suplai oksigen ke seluruh bagian tubuh meningkat, otot menguat dan daya tahan serta stamina meningkat. Lancarnya aliran darah ke otak merangsang produksi hormon phenyl ethyl amine, atau hormon cinta. Saat seseorang olahraga bersama pasangan, bisa merasakan makin jatuh cinta. Hormon endorfin ikut meningkat. Hormon yang memberi efek bahagia ini, membuat wanita lebih relaks, membuat mood untuk berhubungan seks meningkat.
Journal of Human Sexuality mencatat, beberapa jam setelah aerobik terjadi peningkatan kadar testosteron. Pria dengan kadar testosteron tinggi memiliki self body image yang baik, membuatnya lebih percaya diri dan lebih seksi. Selain meningkatkan libido, menurut Annals of Internal Medicine, pria yang rutin aerobik berisiko lebih rendah 30% mengalami impotensi, dan setelah berusia 50 tahun ereksi penis lebih baik dibanding yang tidak olahraga aerobik.
Kegiatan seksual tidak lepas dari libodo yang dipengaruhi banyak sedikitnya hormon testosteron. Kondisi ini dipengaruhi kesehatan fisik dan psikisg. Tidak dianjurkan melakukan olahraga berat seperti angkat barbel, karena membuat tubuh lelah sehingga malah menurunkan libido. Selain itu, beberapa jam setelah melakukan olahraga berat, terjadi penurunan kadar testosteron.
“Olahraga adalah stimulator yang akan memberi respons dan adaptasi pada berbagai sistem tubuh. Hal ini dapatmemperbaiki kesehatan, terutama bagi penderita penyakit degeneratif,” tutur dr. Ermita. (jie)
Ilustrasi: vhsrt-just from Pixabay