People who give, live longer (orang yang memberi, hidup lebih lama). Menjadi relawan tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, namun juga bagi diri sendiri. Ini kesimpulan studi yang meneliti dan membandingkan data dari berbagai studi.
Beberapa bukti observasional memperlihatkan, kematian berkurang sekitar 20% pada relawan, dibandingkan yang bukan relawan. Para relawan juga melaporkan tingkat depresi yang lebih rendah serta peningkatan kepuasan hidup dan kesejahteraan.
Belum diketahui pasti, mengapa menjadi relawan bermanfaat bagi kesehatan. Sebagian menyimpulkan, secara fisik hal ini terkait dengan kenyataan bahwa relawan beraktivitas di luar rumah lebih banyak.
Sebuah penelitian yang dipublikasi di jurnal JAMA Pediatric melibatkan 106 anak sekolah tingkat 10. Mereka dibagi dua kelompok: kelompok pertama menjadi relawan selama 10 minggu, kelompok dua berada dalam daftar tunggu untuk menjadi relawan.
Setelah 10 minggu, kelompok pertama memiliki kadar inflamasi (peradangan), kolesterol dan indeks massa tubuh (IMT) lebih rendah ketimbang kelompok dua. Yang menarik, mereka yang melaporkan peningkatan tertinggi dalam empati, sikap mementingkan orang lain dan kesehatan mental mengalami perbaikan terbesar dalam kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Studi lain yang dilakukan Universitas Michigan, Amerika Serikat, menemukan alasan pentingnya menjadi relawan. Mereka yang bekerja sukarela untuk membantu orang lain, hidup lebih lama dibandingkan yang tidak menjadi relawan. Namun, mereka yang menjadi relawan untuk keuntungan pribadi, rerata hidupnya tidak lebih lama daripada non sukarelawan.
Ketulusan membantu orang lain berpengaruh pada ketenangan batin. Secara medis, ini akan menurunkan hormon stres. Sebaliknya, meningkatkan hormon yang memberi rasa nyaman. Hal ini akan membuat organ tubuh lebih rileks dan sehat. Bisa dimulai dengan hal kecil, misalnya meluangkan waktu untuk membacakan cerita kepada anak-anak penderita kanker di bangsal rumah sakit tempat mereka dirawat. (nid)