Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilonggarkan. Namun apa yang terjadi? Angka kasus baru COVID-19 meningkat di DKI Jakarta, padahal sebelumnya sudah sempat turun. Pelonggaran PSBB memang dibutuhkan agar perekonomian kembali berputar. Memperkuat daya tahan tubuh adalah salah satu upaya yang penting dilakukan.
Dijelaskan oleh Dr. dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp,P(K), virus bergantung pada mahluk hidup untuk bisa bertahan hidup. SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 akan keluar dari orang yang positif, lalu menyebar ke orang lain. “Ketika PSBB diperlonggar, angka kepositifan virus meningkat. Ini menandakan bahwa bila virus berpindah ke orang lain, ia bermutasi dan bertambah banyak,” papar Dr. dr. Budhi, dalam siaran pers yang diterima OTC Digest.
Ia melanjutkan, kita harus beradaptasi di kehidupan normal baru ini; diperlukan modifikasi perilaku dan gaya hidup. “Yang paling penting, taati protokol kesehatan,” tegas Dr. dr. Budhi. Memakai masker saat keluar rumah wajib hukumnya. Juga mencuci tangan sesering mungkin, langsung mandi dan mengganti pakaian setelah bepergian, menjaga jarak dengan orang lain saat berada di luar rumah. Sebisa mungkin hindari keramaian.
Memperkuat daya tahan tubuh juga menjadi hal yang krusial. Antara lain dengan menjaga asupan nutrisi lengkap dan seimbang, cukup minum, berolahraga rutin, cukup beristirahat, dan mengelola stres. Suplemen yang bisa mendukung imunitas tubuh seperti imunomodulator atau vitamin, boleh saja dikonsumsi.
Cara kerja imunomodulator memperkuat daya tahan tubuh
Imunomodulator adalah zat yang bisa memodulasi (mengatur) sistem imun tubuh. Ada dua kenis imunomodulator: yang bersifat menekan respons imun (imunosupresan), dan yang berefek meningkatkan (imunostimulan). Untuk meningkatkan atau memperkuat daya tahan tubuh, yang diperlukan yakni imunostimulan.
Imunostimulan atau immune booster bekerja dengan meningkatkan aktivitas sel-sel imun tubuh. Misalnya menigkatkan kemampuan sel makrofag untuk “menelan” bakteri atau virus. Mekanisme kerja lain dari imunostimulan misalnya dengan merangsang aktivitas antiperadangan.
Menurut Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania, M.Si, konsumsi suplemen imunomodulator tetap diperlukan di era normal baru. “Kita mulai beraktivitas di luar rumah. Ini membuat kita kurang terlindung, sehingga potensi tertular COVID-19 lebih tinggi. Tingkat stres pun cukup tinggi, baik stres fisik maupun mental,” tuturnya. Selain itu, bisa jadi di sekitar kita ada silent spreader; orang yang memiliki virus SARS-CoV-2 tapi tidak menunjukkan gejala. Ketika ia berbicara, tanpa disadarinya virus menyebar ke sekelilingnya.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) ini menerangkan, imunomodulator bisa berasal dari bahan alami, bisa pula sintetis. “Kalau ingin mendapatkan perlindungan yang komplet, perlu mengonsumsi keduanya,” ujar Dr. dr. Inggrid. Imunomodulator yang berbahan natural misalnya ekstrak bunga Echinacea seperti IMBOOST. Adapun suplemen multivitamin dan mineral termasuk imunomodulator sintetik.
Imunomodulator yang bersifat stimulan kuat bisa dikonsumsi setiap hari, selama 8 – 16 minggu. “Setelah itu, beri jeda dua minggu, lalu bisa dikonsumsi kembali,” terang Dr. dr. Inggrid. Ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya efek samping. “Meski sebenarnya belum ada bukti kuat mengenai hal itu, tapi untuk azas kehati-hatian saja,” imbuhnya.
Orang yang imunitasnya rendah lebih mudah terkena COVID-19. Untuk itu, segala upaya perlu kita lakukan untuk memperkuat daya tahan tubuh di era normal baru ini. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: People photo created by lifeforstock - www.freepik.com