Kedelai kukus/rebus mungkin tidak masuk daftar camilan favorit. Padahal di Negeri Sakura, edamame (kedelai Jepang) sangat populer dan biasa dikonsumsi sebagai hidangan pembuka di restoran; tren ini belakangan ikut mewabah di Indonesia.
Ada 1001 alasan untuk menjadikan kedelai sebagai camilan. Menurut Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, dosen Departemen Ilmu & Teknologi Pangan IPB (Institut Pertanian Bogor), “Dibandingkan kacang-kacangan lain, kedelai memang istimewa sehingga disebut King of Bean atau Miracle Golden Bean. Kandungan asam amino esensialnya paling lengkap dan paling baik, mendekati kualitas protein hewani.”
Protein menekan nafsu makan, karena membuat kita cepat kenyang dan rasa kenyang ini bertahan lama. Selain itu, protein membantu membangun otot, yang adalah “mesin” pembakar lemak di tubuh. “Daya cerna dan daya serap kedelai juga bagus dalam tubuh,” terang Prof. Made.
Camilan kedelai juga mengandung serat; terutama kulit arinya merupakan sumber serat yang sangat baik. Segelas kacang kedelai kukus mengandung 8,1 g serat, dan ½ gelas tepung kedelai mengandung 4,1 g serat.
Kandungan seratnya lengkap, yakni serat larut dan tidak larut air. Serat larut air dapat membantu menurunkan serum kolesterol dan mengontrol gula darah, sehingga baik bagi penderita kolesterol tinggi dan diabetesi atau mereka dengan gula darah tinggi. Ada pun serat tidak larut air melancarkan buang air besar (BAB).
Aman bagi diabetesi
Banyak yang berpendapat, penderita diabetes harus diet dan dilarang ngemil. Justru, mengudap disarankan, asal camilannya sehat dan bernilai IG (indeks glikemi) rendah. IG adalah ukuran kecepatan karbohidrat dalam makanan diserap menjadi gula.
Makin tinggi IG, makin cepat makanan tersebut diubah menjadi gula sehingga gula darah cepat naik. “Kalau IG rendah, pelepasan karbohidratnya perlahan; bagus untuk stamina. Rasa kenyang lebih lama, sehingga tidak mudah lapar atau lapar mata,” papar Prof. Made. Angka IG rendah yakni <55; IG pada kedelai sekitar 18.
Bicara kedelai, tidak bisa dipisahkan dari isoflavon. Manfaat isoflavon banyak dibuktikan melalui penelitian ilmiah: mencegah kanker, menurunkan kadar kolesterol, mencegah osteoporosis, antioksidan, dan lain-lain.
“Isoflavon genistein pada kedelai menghambat aktivitas enzim alfa glucosidase, yang mengatur metabolisme karbohidrat sehingga menurunkan kadar gula darah,” ujar Prof. Made.
Bila memilih produk olahan kedelai, perhatikan kombinasinya. “Kedelai yang sehat jangan dikombinasi dengan zat yang justru menurunkan kualitasnya. Penambahan buah kering akan memberi nilai positif, karena buah kering menambah vitamin dan serat,” tutup Prof. Made. (nid)