“Jantung kita ada listriknya,” ujar dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA dari Eka Hospital Tangerang. Sistem listrik jantung mengontrol kecepatan dan irama detak jantung. Tiap kali jantung berdenyut, sinyal listrik merambat dari jantung bagian atas ke bagian bawah. Saat sinyal ini berjalan, jantung berkontraksi dan memompa darah.
Jantung terdiri dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas disebut serambi (atrium), bagian bawah disebut bilik (ventrikel). Serambi maupun bilik terdiri 2 ruang (kanan dan kiri), sehingga total ada 4 ruang di jantung. Darah kotor yang banyak mengandung karbondiosida masuk ke serambi kanan, lalu masuk ke bilik kanan. Selanjutnya dialirkan ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida dan mengambil oksigen. Darah kembali masuk ke jantung melalui serambi kiri, dipompa ke bilik kiri, dan ditransfer ke aorta (arteri yang ada di jantung) untuk dialirkan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Proses ini berjalan karena ada sistem listrik jantung. Sinyal listrik dimulai dari sel-sel sinoatrial (SA) node atau simpul SA yang ada di serambi kanan. Ini bisa disebut ‘gardu pembangkit listrik’. Dari sini, aliran listrik menjalar lewat ‘kabel-kabel listrik’ ke serambi kanan dan kiri, membuat serambi berkontraksi dan memompa darah ke bilik. Sinyal listrik lalu bergerak ke bawah, ke sel-sel yang disebut atrioventricular (AV) node atau simpul AV, yang ada di antara serambi dan bilik.
Selanjutnya sinyal listrik meninggalkan AV node, mengalir sepanjang jalur yang disebut bundle of His. Jalur ini bercabang kiri kanan, melekat di dinding dalam bilik jantung. Sinyal listrik merambat ke sini, membuat bilik jantung berkontraksi; darah dari bilik kanan mengalir ke paru-paru untuk transfer karbondioksida dengan oksigen, dan yang dari bilik kiri mengalir ke aorta.
Detak jantung kacau bila sistem listrik terganggu. Pada kondisi normal, sinyal listrik dari simpul SA melambat, saat kita istirahat atau tidur dan denyut jantung ikut melambat. Sebaliknya saat berolahraga, sinyal listrik meningkat dan jantung berdetak lebih cepat. "Pada mereka yang memiliki gangguan irama jantung, sinyal listrik bisa berjalan lebih cepat atau lambat secara tiba-tiba," terang dr. Daniel. (nid)