Mengapa ternak jauh dari kanker? Karena mereka gemar makan bekatul (kulit ari beras). Meski hanya gurauan, hal ini ada benarnya juga. Menurut dr. Diana Sunardi, M.Gizi dari PDGMI (Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia), “Bekatul kaya mineral seperti, kalium, zink, tembaga, zat besi, magnesium dan kelompok vitamin B kompleks.”
Kandungan vitamin E dalam bekatul juga tinggi. Vitamin E adalah antioksidan larut lemak, yang merupakan pemecah rantai utama pada jaringan tubuh manusia, membran dan plasma. Ia bekerja sama dengan senyawa gama oryzanol dan asam ferulat (ferulic acid). Oryzanol bekerja dengan meningkatkan kemampuan pertukaran zat melalu dinding sel dan mencegah penuaan (anti-aging).
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan efek antikanker pada bekatul. Penelitian di University of Leicester, Inggris, menyatakan bekatul bisa mengurangi risiko kanker di saluran pencernaan. Riset yang dipublikasikan dalam The British Journal of Cancer ini menyebutkan, mengonsumsi bekatul tiap hari dalam dosis tinggi menurunkan sekitar 51% tumor jinak di saluran pencernaan.
Menurut Prof. Andreas Gescher dari University of Leicester, studi dilakukan dengan membandingkan kemanjuran bekatul sebagai antikanker pada tumor prostat, payudara dan saluran pencernaan. Bekatul tidak memberi efek pada kanker payudara dan prostat, namun secara signifikan mengurangi perkembangan tumor di saluran pencernaan.
“Dosis yang biasa digunakan 200g / hari. Kami percaya, bekatul juga berpotensi mencegah kanker kolon,” katanya.
Penelitian lain dilakukan Wallace H. Yokoyama dari ARS Western Regional Research Center, Texas, menggunakan bekatul dari gandum yang diolah menjadi sereal. Ternyata, sereal ini berpengaruh signifikan dalam penurunan indikator kanker kolon pada tikus di laboraturium. Demikian pula dengan bekatul padi.
Senyawa fitokimia (phytos = tanaman, chemicals = zat kimia) dalam bekatul, dapat mencegah penyakit degeneratif, termasuk kanker. Fitokimia dan mineral ini adalah senyawa yang memerangi zat karsinogen (penyebab kanker). Sejatinya tumbuhan memroduksi zat tersebut untuk melindungi diri dari jamur dan binatang.
Komposisi fitokimia bekatul sangat bervariasi, tergantung pada faktor agronomis, varietas padi dan proses penggilingannya. Yang menonjol di antaranya senyawa tokol (tokotrienol dan tokoferol). Tokoferol adalah vitamin E, antioksidan kuat.
Letkol. TNI (Pur) dr. Liem Tiong Tjing yang meneliti bekatul sejak 1979, merekomendasikan konsumsi bekatul dalam bentuk serbuk 2 sdm /hari untuk menjaga kesehatan. Bekatul ada yang sudah diproduksi dalam bentuk minyak goreng, yang juga bisa dikonsumsi langsung. (jie)